Berbohong atau al kadzib dalam islam bukan perkara yang sederhana. Bukan saja hal itu perbuatan dosa, tapi berbohong itu bisa mengikis habis nilai keimanan seorang muslim secara lambat laun. Sehingga para salafush shaleh mengingatkan bahwa tidak menyatu dalam diri orang beriman itu sifat berbohong.
Hati-hati dengan perbuatan bohong. Perbuatan bohong itu laksana pintu besar. Sekali manusia masuk dalam pintu perbuatan bohong, maka hal itu menjadi pintu untuk seseorang berbuat bohong lagi dan berbohong lagi. Ia dipaksa masuk pintu dan kembali masuk ke pintu kebohongan berikutnya.
Untuk menutupi kebohongannya, pelaku harus membuat dalih dan alasan-alasan pembenar seolah dirinya orang baik dan dapat dipercaya. Itulah karakter perbuatan bohong. Lidahnya akan mudah merangkai kata dusta, semudah angin bertiup.
Maka islam mengajarkan untuk berhati - hati menjaga lidah. Kemadlorotan dari lisannya akan selalu dihindari. Kalau pun seorang mukmin itu berkata, maka perkataan itu haruslah penuh hikmah dan manfaat bagi orang lain.
Andaikan tidak ada kebaikan dari perkataan itu, maka pilihan terbaiknya adalah diam. Diam yang dituntun oleh ilmu adalah sebuah kearifan. Orang yang mudah berkata namun tidak dituntun dengan ilmu, perbuatan itu bisa membahayakan.
Barang siapa beriman pada Allah dan hari akhir (kiamat), hendaknya ia berkata baik atau diam (HR Bukhori).
Orang yang rajin berbohong bisa diartikan meniadakan Sang Pencipta. Dia seolah lupa bahwa perbuatan berbohong itu akan berbuah keburukan dan menjerumuskan pada kesengsaraan dirinya dan orang lain. Sebagai sebuah keburukan atau dosa, maka berbohong itu pasti akan dibalas secara adil.
Ataukah mereka mengira bahwa kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya Kami mendengar dan utusan-utusan Kami (malaikat) selalu mencatat di sisinya (QR : Zukruf : 80).
Apalagi kebohongan oleh seorang pemimpin. Hal ini jauh lebih berbahaya, karena dampaknya maha luas. Maka kita harus hati-hati memilih pemimpin di lewel apa pun.
Pemimpin yang baik tercermin dari perkataannya. Hati dan perbuataanya selalu sama. Kalau pun berjanji, ia akan terus mengingat dan bersunguh-sungguh untuk memenuhinya.
Pemimpin yang amanah maka kata-kata adalah sesuatu yang benar, biar pun pahit dan harus berbalas seribu cemooh dan bully-an. Tidak ada pencitraan di atas kebohongan. Yang benar akan tetap dikatakan benar, yang salah tetap dikatakan salah.
Rosulullah Muhammad SAW adalah sosok pemimpin terladan terbaik sepanjang zaman. Ia jujur (sidiq), amanah (memegang janji), tabligh (menyampaikan pesan apa adannya) dan fathonah (bisa dipercaya). Maka tak heran Nabi Muhammad SAW sosok manusia yang dicintai sepanjang masa, bahkan mereka yang tak pernah berjumpa dengannya.
Rosul mengatakan : Dan jauhillah berbohong, karena bohong itu menunjukan jalan dosa. Dan dosa itu menjukan neraka. Seseorang terus berbohong dan terus memilihnya, hingga ditulis di sisi Allah sebagai pembohong.
Kini kebohongan tidak selalu keluar dari lisan. Jari-jemari tangan di atas keyboard hape, juga bisa mengirim kabar bohong. Maka orang bertakwa akan selalu berhati-hati. Seperti orang yang berjalan di atas jalanan yang licin dan berduri di tengah gelap malam. Maka orang bertakwa akan selalu berhati-hati.
Berhati - hatilah menggunakan lisan. Berhati-hatilah ketika jari - jemari ini menari di atas keyboard hape, biar pun sekedar untuk maksud bercanda.
Penulis : Joko Priyono, Kabid Humas Ikadi Klaten, Dinas Kominfo Klaten.