Hati itu ibarat buku yang tersapu angin di tengah padang pasir. Lembar demi lembar buku bisa berbolak-balik karena tiupan angin. Begitu juga arahnya. Lembar itu pasti akan sangat mudah berubah arah.
Inilah rahasia tentang nilai sebuah niat. Niat itu ibadah hati. Ia sangat lembut membisikan kata yang menjadi alasan seorang hamba untuk berbuat sesuatu, termasuk ketika meniatkan sebuah ibadah atau kebaikan.
Sungguh niat yang benar itu adalah separuh urusan agama. Niat tidak pernah ditinggalkan dalam rukun ibadah. Seorang muslim yang paham akan sangat berhati-hati menempatkan niat secara benar, agar ibadahnya itu tidak berakhir sia-sia.
Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya (HR Bukhori).
Agar mendapatkan niat yang benar, maka hati itu harus bersih, putih disinari dengan cahaya. Putih itu bermakna kesucian. Hati yang putih itu adalah hati yang dibimbing cahaya kebenaran.
Berawal dari hati yang putih diharapkan menuntun manusia menjelma dalam perilaku dan ibadah yang benar. Maka selayaknya setiap muslim mewujudkan hati putih dalam dirinya. Sebab dari hatilah diperoleh perilaku kebaikan dan ibadah yang diridloi.
Lalu bagaimana hati yang putih itu?
1. Hati mutmainah
Ibnu Qoyim Al Jauziah mengatakan hati mutmainah adalah diamnya hati pada sesuatu. Ia tidak bergerak dan terguncang, baik karena ujian atau karena nikmat.
Hati mutmainah itu akan membisikan bahwa ujian itu berasal dari Allah SWT semata-mata untuk mengangkat derajat manusia.
Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram (QS : Ar Radu : 28).
2. Hati Salim
Said Al Musayaad mengatakan hati yang sehat itu adalah milik seorang muslim. Ia mampu membaca kekuasaan Sang Pencipta secara benar, tanpa bersitan-bersitan liar yang salah.
Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang sehat dan surga didekatkan dengan orang-orang bertakwa (QS : Asyuara : 89-90).
3. Hati munibah
Hati munibah adalah hati yang teguh dalam ketaatan kepada Allah. Dimudahkan hidup dalam ibadah adalah kenikmatan yang besar. Sungguh beruntung seseorang yang dimudahkan Allah dalam ibadah. Ini kenikmatan yang besar, karena tidak semua manusia dipilih dalam kebaikan dan ibadah.
Yaitu orang yang takut pada Allah yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan olehnya dan Dia datang dengan hati yang taubat (QS: Al Qof: 33).
4. Hati Wajilah
Manusia beriman ibarat burung dengan dua sayapnya yang mengepak ketika terbang di langit. Dua sayap orang beriman itu adalah sifat rojak (berharap) dan khauf (rasa takut). Hati wajilah adalah hati seorang muslim yang senantiasa bergetar karena rasa takut kepada Allah.
Rasa takut itu dimaknai sebagai takut atas siksa atas balasan dosa yang dilakukan. Maka perilaku seorang muslim akan senantiasa menjaga ketaatan itu dengan sesungguh-sungguhnya, baik dalam menjaga amal ibadah dan menjauhi perbuatan dosa.
5. Hati masbuthoh
Memiliki hati yang teguh sangat penting untuk menjaga sifat istiqomah. Keteguhan itu dibangun dari niat ibadah yang bersih. Sebab istiqomah itu tidak mungkin dimiliki mereka yang riya (pamer amal) atau ujub (berbangga dengan keilmuan).
Riya dan ujub itu akan menghancurkan pahala kebaikan dan merusak amal. Teguh dalam kebaikan dan ibadah itu harus dibangun dengan niat yang lurus dan bersih.
6. Hati Khosyiah
Mereka adalah orang-orang yang memiliki hati penuh rendah hati tatkala menghadap Tuhan-nya melalui sholat dan dzikir malamnya yang sendiri. Kekayaan hatinya mampu menghadirkan Tuhan-nya, walaupun dalam sepi sunyi.
Ia mampu melakukan dialog-dialog batin dengan Allah SWT, dan sementara waktu disingkirkannya sahwat-sahwat dunia. Ia memilih berdekatan hati dengan Robb-nya dalam kedekatan hidup di dunia. Mereka yang meiliki hati khosyiah, tidak akan pernah merasakan kesepian walaupun dalam kesendirian.
Belumlah datang waktunya bagi orang-orang beriman untuk tunduk hatinya dari mengingat allah (QS : Al Hadid :16).
Hanya Allah yang mengetahui kebenaran yang sebenarnya.
Penulis : Joko Priyono Klaten.