Imam Ali Bin Abi Tholib mengingatkan bahwa hidup di alam dunia yang ada hanyalah amal tidak ada balasan. Entah itu perbuatan baik maupun buruk. Sang Pencipta belum memberikan pembalasan.
Tapi sebaliknya di alam akherat yang ada hanyalah pembalasan, tidak ada lagi kesempatan untuk beramal. Perbuatan buruk diganjar siksa. Perbuatan baik diganjar pahala dan kenikmatan tiada tara.
Orang beriman sangat percaya akan datangnya kabar hari pembalasan itu. Maka orang mukmin akan berhati-hati menjaga hidupnya. Ia tidak akan menyia-nyiakan barang sejengkal waktunya hidup di dunia untuk berbuat dosa.
Jangankan berbuat dosa. Setiap perintah untuk menjalankan amal beribadah itu akan dijaga sungguh-sungguh. Jangan sampai waktu itu berlalu sia-sia kehilangan makna.
Lalu mengapa masih saja manusia larut dalam dosa? Mereka berbuat dosa tapi tidak ada penyesalan. Jangankan menyesal, ada saja manusia malah bangga dengan dosa-dosa yang dilakukannya.
Inilah makna peringatan Sang Pencipta.
Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah. (Al Araf ; 179)
Di sisi lain orang beriman menjaga amal ibadahnya secara sungguh-sungguh. Ibadah wajib dijaga sekuat tenaga. Tidak cukup disempurnakan dengan ibadah sunah. Bahkan seorang mukmin menghukumi diri, jika ada amal ibadahnya yang terlepas.
Ketika manusia berbuat dosa atau kesalahan di dunia, ia bisa berdalih dan membela diri. Atau pun jika kurang kuat, ia bisa menyewa sang pembela untuk meringankan hukuman kesalahan. Atau orang lain itu menjadi pembenar yang membenarkan perbuatan, biar pun itu sesungguhnya perbuatan salah.
Tapi Sang Pencipta Maha Adil. Dia sangat teliti mencatat setiap amal manusia. Bahkan amal yang terbersit melintas sesaat dalam hati, Sang Pencipta mencatatnya.
Lalu bagaimana Sang Pencipta menegakan adil untuk mengadili setiap perbuatan manusia kelak di alam akherat?
1. Kulit
Kulit akan menjadi saksi perbuatan manusia. Jadi bukan orang lain lagi utnuk membuktikan benar - salah perbuatan manusia. Kulit akan berbicara atas setiap perbuatan manusia. Biar pun ia bersembunyi dibalik batu hitam di malam gelap.
Dan mereka berkata pada kulit mereka : Kenapa kamu jadi saksi atas kami? Kulit mereka menjawab : Yang menjadikan kami dapat berbicara adalah Allah yang menjadikan segala dapat bicara. Dan Dialah menciptakan pertama kali dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan (QS : An Fsusilat :21).
2. Tangan
Tidak ada setiap perbuatan manusia yang lepas dari aktifitas tangan. Tangan menjadi nikmat untuk manusia mudah beraktifitas, termasuk beribadah. Maka tangan menjadi saksi yang paling dekat yang melekat dalam diri manusia.
3. Kaki
Langkah kaki manusia akan selalu meninggalkan jejak. Bahkan orang yang berjalan ke masjid, setiap langkah kakinya selalu diberi bobot. Kaki kiri yang melangkah menjadi penggugur dosa. Kaki kanan yang melangkah menambah pahala.
Kelak kaki ini akan berbicara menjadi saksi. Maka berhati-hatilah melangkahkan kaki. Paksa langkah kaki itu dalam kebaikan dan ibadah agar kelak menguatkan kebaikan dan ibadah yang kita dilakukan.
Pada hari ini kami tutup mulut mereka, tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kami mereka akan memberikan kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan (QS : Yasin: 65).
Hanya Allah yang mengetahui kebenaran yang sebenarnya.
Penulis : Joko Priyono Klaten.