• Jelajahi

    Copyright © MARI MENYERU
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    pasang

    Subscribe YouTube

    Pena dan Semut Nabi Ibrahim

    JEPRI JOKO PRIYONO KLATEN
    Kamis, 13 Oktober 2022, Oktober 13, 2022 WIB Last Updated 2023-03-08T23:19:36Z

     


    KLATEN(jepri/90)- Dialog semut hitam dan Nabi Ibrahim AS ketika dibakar Raja Namrud dalam kepungan api yang berkobar menarik kembali disimak.

    Saat itu Raja Namrud murka,  tatkala mengetahui Tuhan berhalanya dihancurkan Nabi Ibrahim dengan kampak.  Berhala yang dipuja puji dan disembah Raja Namrud dan pengikut itu luluh lantah oleh ayunan kampak Nabi Ibrahim.

    Lalu lewat bala tentaranya,  Raja Namrud memerintahkan menangkap dan menghukum Nabi Ibrahim dengan hukuman dibakar hidup-hidup.

    Tapi nabi Ibrahim adalah kekasih Allah SWT (kholilullah).  Sebab ketaatan dan kehanifannya (teguh dan iman),  Allah menjaga keselamatan Nabi Ibrahim biar pun dihukum dengan cara dibakar.

    Qulnā yā nāru kụnī bardaw wa salāman 'alā ibrāhīm.

    Artinya: "Kami berfirman: 'Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim'." (QS : Ambiya: 69).

    Tatkala peristiwa api berkobar-kobar menyala.  Datanglah semut mendekati Nabi Ibrahim.  Nabi terheran.  Disangkakan semut itu mau bunuh diri dengan mendekati api yang menyala-nyala.

    Nabi Ibrahim berkata : Wahai semut mengapa engkau mendekatiku di saat api menyala berkobar-kobar yang bisa membunuhmu.

    Semut menjawab : Saya membawa air untuk memadamkan api yang membakar tubuhmu, wahai Nabi.

    Dengan terheran-heran Nabi Ibrahim menjawab : Tidak mungkin wahai semut.  Seberapa banyak air yang bisa engkau bawa untuk memadamkan api yang menyala.

    Semut menjawab : Bisa jadi air yang kubawa tidak bisa memadamkan api yang membakr tubuhmu wahai Nabi.  Tapi dengarkan, semoga dengan sedikit air yang kubawa, cukup menjadi persaksian bahwa aku membela dirimu Wahai Nabi Ibrahim yang benar, bukan membela Raja Namrud yang dlolim.

    Bisa jadi semut itu makluk mungil,  sekecil pena seorang penulis. Biar pun makluk yang mungkin sepele, ternyata semut punya prinsip hidup yang kuat.  Ia meneguhkan diri dan memilih untuk membela Nabi Ibrahim yang benar.

    Berbeda dengan cicak. Bukannya dia ikut memadamkan api, tapi ia justeru meniup-niupkan agar api menyala lebih besar.

    Pena dan tulisan  penulis atau para penyeru bisa jadi benda yang kecil. Di tengah tsunami informasi, dimana sulit dibedakan berita benar dan tipu-tipu. Berkelindan dan bertumpuk pemikiran sesat yang menyesatkan, bertebaran berita kebencian yang memecah belah, sesungguhnya umat rindu tulisan yang mencerahkan dan menyatukan.

    Orang baik dan benar harus berani lantang menyuarakan kebenaran, lewat tulisan penanya yang mampu membimbing umat.

    Amal ibadah dan kebaikan manusia itu tidak mungkin  bisa membeli mahalnya surga.  Sebab amal dan ibadah itu sendiri, sekedar untuk menukar kenikmatan Tuhan yang dicurahkan  untuk manusia belum seimbang.

    Tapi sesungguhnya Tuhan membutuhkan bukti kalau umat-Nya adalah hamba-hamba yang baik dan taat. Seperti seekor semut hitam yang tertaitih-tatih membawa air untuk memadamkan api Nabi Ibrahim.

    Bisa jadi tulisan dan berita itu karya yang kecil.  Tapi berita dan tulisan yang teguh menyuarakan kebenaran, itu sudah menjadi bukti seorang manusia adalah hamba yang baik.

    Atas nama bismillah, ketika pena itu digoreskan untuk menyerukan kebaikan, maka Tuhan akan ridlo seorang hamba itu umat yang baik.

    Namun Nabi Muhammad SAW mengingatkan : Al muslimmu man salimal muslimuna min lisanihi wa yadih

    “Seorang muslim adalah orang yang muslim lainnya merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya”.

    (Hadits Shahih, Riwayat  Muslim, Lihat Shahiihul jaami’ No. 6709).

    Semoga lisan, tulisan, dan tindakan kita, senantiasa sesuai dengan tuntunan Ilahi dan para nabi, aamiin.

    Hanya Allah yang mengetahui kebenaran yang sebenarnya.

    Penulis : Joko Priyono Klaten.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini