KLATEN - Jumlah penderita atau penyintas kanker di Klaten terus bertambah. Diperkirakan ada 300 penyintas kanker yang menjalani perawatan dan pengobatan sangat membutuhkan pendampingan, khususnya bantuan konseling dan keberadaan rumah singgah.
Titik Budi Rahayu yang akrab dipanggil Titik Tiwuk mengabarkan jumlah penderita kanker di Klaten terus meningkat. Fakta itu dilihat dari jumlah pasien yang menjalani pengobatan poliklinik ongkologi (bedak kanker) di rumah-rumah sakit di Klaten yang terus mengular.
“Kondisi terberat penyintas kanker adalah beban psikologis. Banyak mereka yang patah semangat seolah - olah penyakit kanker adalah vonis. Saya pernah menemukan pasien kanker stadium lanjut, namun bisa sembuh. Dalam kepasrahan yang ikhlas itu menjadi jalan turunnya keajaiban” terang wanita 44 tahun asal Jongkare, Karanganom, Klaten itu saat ditemui marimenyeru.com pekan lalu.
Ia menambahkan kalau penyintas kanker itu sangat butuh pendampingan. Dikatakan kalau sakit itu sesungguhnya bukti kasih sayang Tuhan.
“Saya sering katakan kepada para penyintas kanker bahwa mereka itu sendirian. Di sana banyak pasien kanker yang berjuang menjemput sehat. Bahkan kalau mau ikhlas, sakit itu bisa jadi penggugur dosa” pesannya.
Perempuan 44 tahun asal Desa Jongkare, Karanganom, Klaten ini memilih menjadi relawan pendamping penyintas atau penderita kanker. Tidak saja merawat pasien, mengantar, mengurus administrasi dan pengobatan di rumah sakit, mencarikan biaya pengobatan, Titik Tiwuk juga tak segan untuk membersih luka pasca operasi para pasien.
Titik Tiwuk mengaku ikhlas menjadi perawat dan pendamping penyintas kanker yang sudah tiga tahun dijalani. Bahkan untuk merawat pasien penyakit lain, perempuan lulusan Fakultas Sastra UNS Surakarta, ia sudah melakoni sejak 2015.
Kini Titik Tiwuk terus berjuang dan berharap ada bantuan pemerintah atau ada pihak lain yang membangunkan rumah singgah. Di sana para penyintas bisa berkumpul dan berbagi beban. Minimal mereka bisa merasakan bahwa sesungguhnya derita itu tidak dirasakan sendirian.
Tiwuk telah menetapkan pilihan hidupnya. Mungkin menjadi relawan penyintas kanker tidak akan mengantarkan hidupnya menjadi kaya raya. Tapi dengan merawat penderita kanker, Tiwuk menemukan arti bahagia dengan membahagiakan sesama.
Penulis Joko Priyono Klaten