• Jelajahi

    Copyright © MARI MENYERU
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    pasang

    Subscribe YouTube

    Membawa Rezeki Sampai Mati

    JEPRI JOKO PRIYONO KLATEN
    Minggu, 27 November 2022, November 27, 2022 WIB Last Updated 2023-03-08T23:19:36Z

     


    KLATEN (105/11) - Membawa harta atau rezeki sampai mati sepertinya logika itu tidak bisa menerima.  Sebab ketika jasad itu mulai kaku, dibungkus kain kafan ditinggalkan ruhnya, maka semua kepemilikan  ditinggalkan. Mulai jabatan, harta benda, anak istri dan saudara termasuk pengaruh dan kekuasaan.

    Kalau harta, anak istri, jabatan dan kekuasaan itu sumber kenikmatan, maka dengan takdir kematian  semua kenikmatan itu diputus. Dan tidak disangkal lagi jika dikatakan rezeki atau harta itu menjadi salah satu sumber kenikmatan.  Tapi kemudian semua sumber kenikmatan  itu pun ditinggalkan.

    Mobil mewah yang dibanggakan ditinggalkan. Rumah mewah berharga trilyunan pun jadi harta warisan. Jabatan, pengaruh dan kekuasaan tinggallah kenangan.

    Maka sungguh benar kalam Illahi kalau kenikmatan dunia hanya semu dan fatamorgana.  Dunia itu hanya keindahan sesaat.

    Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (QS : Ali Imron 14).

    Tapi benarkah rezeki atau harta itu bisa dibawa mati? Lalu harta seperti apa yang bisa dibawa mati seorang hamba ketika menghadap Tuhan-nya?

    Sahabat Ali Bin Abi Tholib RA mengatakan sesungguhnya harta atau rezeki manusia itu ada tiga.

    1. Rezeki untuk makan dan minum

    Makan dan minum adalah kebutuhan pokok. Tapi Nabi Muhammad SAW mengingatkan makan dan minum itu seperlunya, sebatas untuk menopang agar punggung bisa berdiri tegak.

    Beliau tidak makan sebelum merasakan lapar dan akan berhenti sebelum merasakan kenyang. Sosok teladan itu banyak mengosongkan perutnya dengan berpuasa.

    Orang yang gemar berpuasa maka sahwatnya terjaga.  Siapa pun yang tidak kuasa menahan nafsu makannya, maka ia tidak bisa mengendalikan sahwatnya.

    Maka ketika manusia menghabiskan harta dan rezeki untuk mengumbar kenikmatan lidahnya, bahkan menghabiskannya, maka hartanya sia-sia.  Sebab seberapa pun harta yang dihabiskan untuk memanjakan lidahnya, maka akhir dari harta yang untuk makan itu hanya berujung menjadi sampah saja.  Sebuah kotoran yang hina.

    2. Rezeki untuk sarana hidup

    Fitrah manusia mencintai kemewahan.  Baju baru yang indah, kendaraan yang trendy sampai rumah megah adalah impian setiap manusia.

    Tapi perlu diingat bahwa semua itu ada masanya.  Baju akan tibanya waktunya usang. Mobil dan rumah mewah nan megah itu suatu saat akan sampai masanya rusak dan ditinggalkan. Minimal berpindah kepemilikannya.

    3. Rezeki untuk amal sedekah dan kebaikan

    Rezeki atau harta yang dibelanjakan untuk alam akherat melalui zakat, infak dan sedekah inilah harta yang sesungguhnya akan dibawa sampai mati.

    Maka Tuhan telah mengabarkan orang yang telah mati merengek-rengek untuk dihidupkan kembali.  

    Wahai Tuhanku, alangkah baiknya Engkau lambatkan kedatangan ajalku sedikit waktu lagi, supaya aku dapat bersedekah,” (QS al Munafiqun : 10).

    Bahkan Tuhan menguatkan kembali, jika manusia mengetahui hikmah bersedekah itu sendiri, maka sesungguhnya amalan itu berbalas yang tiada banding.

    Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur'an) dan melaksanakan salat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi (QS : Fatir :29).

    Hanya Allah yang mengetahui kebenaran yang sebenarnya.

    Penulis : Joko Priyono Klaten.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini