• Jelajahi

    Copyright © MARI MENYERU
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    pasang

    Subscribe YouTube

    Kisah Fauzi Rifai Relawan AIDS Klaten, Dari Keluar Masuk Dunia Malam Sampai Godaan Diajak Kencan

    JEPRI JOKO PRIYONO KLATEN
    Kamis, 15 Desember 2022, Desember 15, 2022 WIB Last Updated 2023-03-08T23:20:35Z

     


    KLATEN - Menjadi relawan HIV/AIDS memang  harus tulus dan beriman tangguh. Salah satunya sosok itu adalah Fauzi Rifai yang tercatat sebagai relawan HIV/AIDS di Klaten. Sembilan tahun  sejak 2013, ia tulus mendampingi dan bergaul dengan para penyintas.

    Tingginya resiko menjadi relawan HIV/AIDS, tak jarang memaksa pria  asal  Wangen, Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah itu harus   keluar masuk dunia malam dengan berbagai pengalaman yang tak jarang menggoda iman.

    Bersama empat rekan relawan yang lain, pria 39 tahun itu mendedikasikan hidupnya agar para penyintas HIV/AIDS yang didampinginya tetap semangat dan tegar menjalani hidup.

    Lika-liku tugasnya sebagai relawan tidak mudah.  Apalagi Fauzi dan Amin patner relawan lainnya tak jarang harus keluar masuk dunia malam. Lokalisasi, club malam seperti tempat karaoke sampai jasa pijat jadi wilayah kerja untuk tak kenal lelah memahamkan warga akan bahaya HIV/AIDS.

    Tak jarang godaan itu ada.  Fauzi mengaku pernah ditawari untuk diajak berkencan  oleh komunitas homoseksual. Tapi dengan halus ajakan itu ditolak.

    “Pernah teman-teman relawan mendatangi komunitas homoseksual di salah satu wilayah di Klaten.  Memang tempat itu sebagai rumah kumpul mereka. Herannya ada saja yang menawar saya untuk diajak berkencan melayani mereka. Itu salah satu tantangan kami sebagai relawan HIV/AIDS. Mungkin tampang saya agak lumayan kali” terang Fauzi sambil berkelakar saat bincang-bincang dengan tim marimenyeru.com pekan lalu.

    Bercerita awal perjuangan mendampingi para penyintas HIV/AIDS Klaten bapak satu anak mengaku pernah merawat orang dengan HIV/AIDS yang kebetulan adalah temannya sendiri.  Tapi teman yang didampingi dan dirawat itu akhirnya meninggal dunia.

    “Tahun 2013 saya mendampingi teman yang menderita HIV/AIDS. Tapi kondisinya sudah berat.  Badannya kurus kering. Kulitnya muncul ruam-ruam darah.  Waktu diperiksa atau screnning ia dinyatakan positif HIV/AIDS. Teman saya itu shock, seperti belum bisa menerima keadaan dan akhirnya meninggal dunia.  Dari situ saya merasa menyesal. Dan sejak dari cerita itu saya memilih menjadi relawan HIV/AIDS bergabung bersama Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Klaten” tuturnya.

    Kata kunci agar terhindar dari HIV/AIDS kata Fauzi adalah perilaku seks secara aman sesuai syariat dalam wadah pernikahan dan keluarga.  Maka harmonis dalam keluarga, menurut Fauzi menjadi hal yang penting menjaga ketahanan keluarga.

    “Setia dengan pasangannya dalam biduk pernikahan itu adalah cara terbaik untuk terhindar dari bahaya HIV/AIDS. Kalau KPA Klaten masuk ke kelompok rentan dan dunia malam untuk sosialisasi itu sifatnya antisipasi.  Tapi seks sehat dan aman adalah dengan pasangan suami istri yang sah dalam ikatan pernikahan” pesannya.

    Lebih lanjut terkait data jumlah warga Klaten yang terpapar HIV/AIDS, Fauzi menjelaskan ada gejala peningkatan kasus. Korban tidak saja generasi muda, ibu rumah tangga tapi juga anak-anak.

    KPA Klaten mencatat sampai November 2022 ditemukan 1.284 kasus HIV/AIDS dalam tiga tahun terakhir. Data tersebut 67% korban  berjenis kelamin laki-laki dan 33% berjenis kelamin perempuan. Yang lebih memprihatinkan sebanyak 64,2% korban berada di usia produktif.  Ini yang sangat memprihatinkan” pungkasnya.

    Fauzi dan relawan AIDS Klaten bukan publik figur yang dikenal dan dihormati banyak orang dengan retorika panjang di atas panggung.  Wajahnya pun jarang dibidik kameramen untuk menghiasi berita.

    Fauzi  telah memilih jalan hidupnya.  Mungkin menjadi relawan HIV/AIDS tidak menawrkan kekayaan dan kemewahan. Tapi Fauzi berharap dengan ketulusan dan keikhlasannya merawat dan mendampingi para penyintas HIV/AIDS Klaten bisa  tetap tersenyum dan tegar menjalani hidup.

    Barangkali disanalah ia menemukan kebahagian.

    Penulis : Joko Priyono Klaten.

     

     

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini