• Jelajahi

    Copyright © MARI MENYERU
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    pasang

    Subscribe YouTube

    Menghadirkan Ruh Puasa Ramadhan

    JEPRI JOKO PRIYONO KLATEN
    Rabu, 08 Maret 2023, Maret 08, 2023 WIB Last Updated 2023-03-09T09:23:30Z


    KLATEN - Ibadah puasa Ramadhan yang dinanti-nanti tinggal dalam hitungan hari. Ada rasa tak sabar menanti datangnya bulan penuh berkah, rahmat dan ampunan itu bak menunggu kembalinya sang gadis pujaan hati yang sekian lama pergi.

    Rindu, kangen, cinta dan bahagia berkelindan menumpuk di dada. Itulah suasana hati orang-orang yang beriman menanti hadirnya sayyidus syuhur, raja di antara seluruh bulan.

    Secara istilah puasa itu asal katanya adalah siyam atau shaum yang bermakna menahan. Menahan makan, minum, berjimak dan segala hal yang membatalkan puasa.

    Kalau diterjemahkan dalam bahasa logika, ada saja yang memaknai puasa itu berat dan menyiksa.  Perintah itu seperti mengekang dan membatasi manusia untuk meluapkan kenikmatan nafsunya dari berbagai kelezatan-kelezatan dunia. Tapi mengapa orang-orang beriman sangat merindukannya?

    Allah SWT tidak pernah menyiksa umat-Nya dengan syariat. Sebab tidak pernah ada perintah kecuali didalamnya ada manfaat.  Juga tidak ada larangan kecuali dibaliknya ada madlorot jika dilanggar.

    Keterbatasan ilmu dan ketidak-sabaran manusia saja yang kadang mengartikan salah makna sebuah perintah dan ujian.

    Maka puasa itu sesungguhnya ujian ketaatan manusia.  Siapa manusia yang bersungguh-sungguh beriman  dan siapa yang dlalim. Ketaatan dan kesabaran menjalani puasa itu adalah ikrar pembuktiaan atas nilai sebuah kepatuhan.

    Sebuah kepatuhan yang dijawab dengan sepenuh jiwa sami’na wa atho’na ( saya mendengar dan saya taat) adalah jiwa orang beriman dalam menyambut perintah puasa.

    Lapar itu akan terasa nikmat.  Haus itu akan tetap terasa lezat. Biar pun terkadang mulut harus meluncurkan aroma tak sedap sebab puasa.  Justeru dalam lapar dan haus itu, Allah SWT menyisipkan pertolongan dan kekuatan, sehingga 13 sampai 14 jam haus dan lapar seperti lapang.

    Lalu bagaimana menghadirkan ruh dalam puasa itu sehingga ibadah yang sebulan penuh dijalani itu  tidak sekedar rutinitas menahan lapar dan dahaga?

    1. Menjaga kesucian niat

    Niat yang benar adalah kunci diterimanya amal. Niat yang benar adalah separuh urusan agama.  Benarnya niat seorang hamba atas puasanya menjadi pintu diringankan dan dimudahkan dalam puasa itu sendiri.

    Puasa bukan sekedar menggugurkan kewajiban.  Puasa bukan sekedar menahan lapar dan haus. Puasa harus mampu menjauhkan diri  dari segala dosa, termasuk mampu mempuasakan nafsu-nafsu yang mengoda atas sahwat dunia.

    2. Menahan dari perilaku dusta dan menggunjing

    Berdusta (kadzib) dan menggunjing (ghibah) adalah perusak kualitas puasa.  Puasa harus mampu menjaga lisan dari perkataan yang tiada guna.

    Lisan ini adalah pintu yang paling mudah manusia berbuat dosa.  Maka berhati-hatilah.  Kehatian-hatian seorang mukmin yang berpuasa, maka ia akan banyak diam dan memilih secara tepat kapan harus bersuara.

    HR Ahmad mengatakan puasa itu perisai api neraka, seperti perisai kalau dalam perang.

    3. Menghabiskan waktu aktifitas ibadah

    Jangan membiarkan hari-hari bulan Ramadhan berlalu tanpa makna.  Menyusun amalan-amalan harian yang akan dilakukan dalam menjalani hari-hari Ramadhan adalah bukti kesungguhan memaknai Ramadhan.

    Meninggalkan aktifitas yang mubah adalah pilihan bijak. Ruh ramadhan itu bisa mewarnai waktu dan aktifitas muslim itu secara efektif dalam menjaga amalan, dari detik demi detik yang dilalui.

    4. Tinggalkan pikiran dunia terutama urusan perut

    Urusan dunia itu dasar sifatnya mengasyikan dan  melalaikan. Hanya orang-orang yang mudah mengingat Tuhan-nya yang selalu akan terjaga dari dosa dan urusan yang tiada guna.

    Termasuk lintasan pemikiran terkait pemenuhan kebutuhan perut yakni makan dan minum. Berlebih-lebihan dalam makan dan minum saat berbuka puasa bukan pilihan yang bijak.

    Seteguk dua teguh teh manis sudah cukup menjadi penawar haus.  Beberapa potong makanan sudah cukup menghilangkan lapar.  Berlebih dalam makan dan minum akan memalaskan badan untuk tegak mendirikan sholat.

    5. Terus memperbaiki niat

    Sekali lagi puasa itu penuh kasih sayang Allah SWT.  Manusia pun tidak boleh sombong dengan amalannya, seolah ia mampu menjalankan ibadah itu tanpa campur tangan kekuasaan Allah SWT.

    Ketika ibadah itu terasa berat dan badan terasa lelah, maka terus menjaga kebersihan dan kelurusan niat akan menjadi jalan paling instan untuk mendatangkan pertolongan.

    Hanya Allah yang mengetahui kebenaran yang sebenarnya.

     

    Penulis Joko Priyono Klaten.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini