• Jelajahi

    Copyright © MARI MENYERU
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    pasang

    Subscribe YouTube

    Sayembara Kejujuran

    JEPRI JOKO PRIYONO KLATEN
    Kamis, 09 Maret 2023, Maret 09, 2023 WIB Last Updated 2023-03-15T02:17:32Z


    KLATEN - Raja Maheswara bersama permaisuri tampak murung. Di hadapan para punggawa Kerajaan Astanabumi, sang maharaja menumpahkan kesedihannya terkait masa depan kerajaan.

    Di usianya yang sudah senja, sang raja tak juga memiliki anak yang kelak dinobatkan sebagai pangeran alias putra mahkota. Kegundahan sang raja dirasakan pula oleh penasehat raja.

    “Penasehatku, usiaku mulai senja.  Tapi sampai saat ini Kerajaan Astanabumi juga belum memiliki seorang putra mahkota.  Bagaiamana nasib keberlanjutan negeri ini, jika tidak ada putra mahkota yang kelak menggantikanku sebagai raja” ungkap sedih Raja Maheswara.

    “Wahai Baginda Maheswara. Janganlah baginda dan permaisuri terlalu larut dalam kesedihan yang mendalam.  Kasihan para rakyat melihat rajanya bersedih.  Alangkah baiknya Baginda Raja mengadakan sayembara siapa saja pemuda yang bisa merawat dan menyajikan bibit tanaman Kantil Gadhing ini sehingga menjelma menjadi bunga yang indah, dialah sebagai pemenang dan kelak menjadi putra mahkota” terang penasehat kerajaan.

    Baginda Raja Maheswara pun menyetujui sayembara pemilihan putra mahkota itu. Beribu-ribu pemuda kerajaan mengikuti sayembara berebut menjadi putra mahkota dengan menanam dan menghadiahkan  bunga Kantil Gadhing terindah dari bibit yang disiapkan sang raja, termasuk pemuda desa bernama Wiratama.

    Para pemuda kerajaan tampak bersemangat mengikuti sayembara.  Kelak pikirnya, jika bisa menang menghadiah tanaman bunga terindah, maka dirinya akan hidup enak menjadi putra mahkota.

    Maka dirawatlah biji bunga Kantil Gadhing itu dengan segala rekayasa dan tipudaya agar bisa tumbuh dan indah mewangi. Pagi siang sore bunga itu dirawat, dipupuk dan dijaga sampai kelak tiba waktunya dipersembahkan kepada sang maharaja Astanabumi, Raja Maheswara.

    Namun apa yang terjadi dengan biji bunga yang ditanam Wiratama sang pemuda desa? Biji bunganya mati tidak tumbuh.  Berkali-kali biji bunga Kantil Gadhing itu disiram, dipupuk dan dirawat tapi biji bunga tetap kaku layu tidak tumbuh.

    Wiratama nyaris putus asa. Segala usaha dan doa sudah dilakukan agar biji bunga itu tumbuh.  Seolah-olah segala usaha dan doanya sia-sia.

    “Ibu …kurang apa usahaku.  Biji bunga ini sudah kurawat setulus hati.  Pagi siang malam kusirami agar bisa tumbuh.  Tapi apa hasilnya. Biji bunga Kantil Gadhing ini tetap kaku dan layu.  Tidak mungkin lagi Wiratama menang sayembara dan gagal menjadi putra mahkota” keluh Wiratama merajut.

    Tapi Candani, ibu dari Wiratama tetap sabar dan tegar. Ia tidak ingin putra satu-satunya itu bersedih dan putus asa sebelum sayembara berakhir.

    “Wahai Wiratama putraku.  Tugasmu adalah berusaha.  Engkau harus tetap jujur dan sabar menjalani perintah sayembara ini.  Engkau telah berusaha merawat biji bunga Kantil Gadhing dengan baik. Itu sudah cukup. Doa dan restu ibu senantiasa mengiringi langkahmu. Jangan pernah putus asa.  Kejujuran dan kesabaranmu, wahai Wiratama anakmu, kelak akan mengantarkan kepada kemuliaan” pesan sang ibu Candani.

    Waktu terus berganti.  Tiba saatnya para pemuda yang ikut sayembara pemilihan putra mahkota itu mempersembahkan bunga Kantil Gadhing kepada sang raja Maheswara di istana Astanabumi.

    Bunga Kantil Gadhing tampil indah di pajangan.  Para pemuda tampak berbinar berharap sang raja memilih bunga yang dipersembahkan.  Beribu harap dan khayal kelak hidup enak kaya raya merasakan bahagianya menjadi seorang putra mahkota.

    Wiratama dengan menunduk membawa bunga Kantil Gadhing yang tetap kaku dan layu. Kedatangannya ke istana hanya mendapat sorak cemoohan para pemuda lain yang ikut sayembara.

    Tidak mungkin pikir mereka, bunga kaku layu milik Wiratama bakal menang mengalahkan Kantil Gadhing bawaanya yang indah merekah warna-warni.

    Dan tibalah waktu sang raja mengumumkan hasil sayembara. Semua pemuda peserta sayembara berdetak jantungnya tak sabar menunggu siapa gerangan pilihan raja yang berhak menjadi putra mahkota.

    “Wahai para pemuda Negeri Astanabumi.  Kejujuran itu mahal harganya. Negeri ini harus dipimpin pemuda yang teguh memegang kejujuran, sebab kejujuran itu dekat dengan kebenaran.  Dan hanya orang yang yang jujur dan benar saja yang kelak akan memimpin sebagai raja  dan membawa Negeri Astanabumi ke negeri yang makmur.  Tidak mungkin biji Kantil Gadhing ini bisa tumbuh, sebab malam harinya sudah direbus dengan air yang mendidih.  Maka saksikanlah, atas nama Raja Astanabumi, saya Maharaja Maheswara disaksikan seluruh penduduk negeri memilih pemuda Wiratama sebagai pemenang sayembara. Wiratama saya tetapkan sebagai putra mahkota Kerajaan Astanabumi sebab dialah pemuda yang jujur yang kelak akan membawa kemamkmuran di muka bumi” pungkas sang raja.

    Akhirnya pemuda jujur Wiratama terpilih menjadi putra mahkota. Kesabaran sang ibu dan keteguhan Wiratama memegang nilai kejujuran mengantarkannya kepada kemuliaan.

    Kejujuran itu dekat dengan kebenaran. Kejujuran yang dibimbing kebenaran akan membawa kemakmuran.

    Catatan :

    Nama dan tempat adalah rekaan belaka.  Cerita ditulis kembali dari cerita di Negeri China.

     

    Penulis Joko Priyono Klaten.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini