• Jelajahi

    Copyright © MARI MENYERU
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    pasang

    Subscribe YouTube

    Tiga Resep Ampuh Menghadapi Generasi “Mager”

    JEPRI JOKO PRIYONO KLATEN
    Senin, 20 Maret 2023, Maret 20, 2023 WIB Last Updated 2023-03-20T08:10:53Z


    KLATEN - Fenomena mager alias anak malas gerak kini menjadi permasalahan tidak mudah para orang tua dalam mendidik anak. Kalau anak sudah di depan gadget, apalagi bermain games sambil rebahan di sofa atau di tempat tidur, sepertinya mereka sudah tidak mau diusik dan diganggu.

    Alih-alih diminta menyapu lantai atau mencuci pring yang menumpuk sembari membantu ibu yang sibuk di dapur, diingatkan untuk mandi saja, seribu dalih dan alasan meluncur deras bak kereta api gandeng yang tak bisa diputus.

    Kalau dipaksakan pun bakal berakhir berabai. Suara keras berbanding bentakan akan silih berganti antara anak dan ibu. Seribu kata dogma sampai kisah pengalaman masa kecil orang tua tempo dulu dianggap angin lalu.  

    Biar pun pengalaman orang tua itu fakta dan kebenaran.

    Lalu bagaimana konsep islam untuk mengatasi problematika fenomena generasi mager alias rebahan yang bikin kebanyakan para orang tua masa kini pusing tujuh keliling itu?

    Dr Hakimuddin Salim LC MA, lulusan program doktoral Universitas Islam Madinah sekaligus Direktur Pondok Pesantren Ibnu Abbas di acara Seminar Parenting yang digelar Komite Sekolah SMP Islam Terpadu Hidayah Klaten di Aula Universitas Widya Darma (Sabtu, 18/03/23) mengatakan ada tiga resep untuk membangun generasi tangguh dan islami, terutama untuk mengatasi generasi mager itu.

    1. Tarbiyah bil iman

    Resep pertama adalah anak - anak itu harus dididik dengan diperkenalkan dengan Tuhan-nya. Kepahaman akan keyakinan adanya Tuhan, malaikat, hari kiamat, surga, neraka, sampai qodlo dan qodar menjadi keyakinan dasar yang harus paripurna.  Artinya mereka dipahamkan akan adanya kehidupan abadi setelah kehidupan dunia yang fana ini.

    Makna makrifat atau mengenal sifat-sifat Tuhan itu penting. Sampai berapa kuat anak memahami keyakinan senantiasa diawasi Sang Pencipta.

    Keyakinan terhadap takdir  Tuhan itu resep anti galau.  Saat ini begitu mudah anak stres dan depresi karena hal sepele. Semacam diputus pacar atau permintaan yang tidak dikabulkan orang tua lalu mereka marah dan bunuh diri.

    Ini fenomena nyata dan aktual.

    Maka sholat lima waktu yang terjaga, menjadi salah satu resep ampuh membangun generasi tangguh. Ketika sholat anak itu tidak terawat, siap - siap saja mereka akan jatuh pada perbuatan dosa dan maksiat.

    Narkoba, minuman keras dan pergaulan bebas adalah perusak ampuh generasi saat ini.

    2. Tarbiyah bil ikhwan

    Jadilah orang tua yang dialogis, mudah menyapa dan peduli dengan anak.  Jangan menjadi orang tua yang bisu.  Mudahlah berbicara dengan anak biar pun hanya sekedar menanyakan kabarnya di sekolah.

    Apalagi anak-anak kita memasuki masa pubertas. Saat ini anak-anak mengalami kedewasaan dini.  Secara biologis, dia cepat memasuki masa baligh.  Tapi mereka belum diimbangi dengan kedewasaan emosi dan finansial.

    Tak heran karena sebab putus cinta, ada anak sekolah kemudian gantung diri.

    Ada juga kasus, karena marah kepada kedua orang tua, seorang anak tega meracun hingga mati kedua orang tuanya plus kakak kandungnya sendiri, juga karena marah.

    Maka persoalan itu harus diurai dengan pintu dialog.

    Seorang Nabi Ibrahim AS tidak serta merta memotong leher putranya Nabi Ismail AS, biar pun itu sebuah perintah dari langit. Beliau tetap mengajak putranya berbicara. Keputusan terbaik dalam keluarga itu adalah kesepakatan dari komunikasi yang terbuka.

    3. Tarbiyah bil amal

    Anak harus tahu tanggung-jawab dirinya dengan Tuhan-nya. Amal seperti sholat lima waktu, membaca atau menghafal al quran, mengkaji agama, dzikir-dzikir pagi petang adalah cara-cara syariat mengingat Tuhan.

    Kalau seorang anak tidak kuat menjaga tanggung jawab pribadinya dengan Tuhan, maka ia tidak akan pernah kuat menjaga tanggung-jawab lainnya terutama terkait kehidupannya dengan sesama.

    Membangun anak tangguh itu membutuhkan proses.  Jangan anak mudah dimanja. Sifat manja itu akan membunuhnya pelan-pelan.

    Anak laki-laki setelah akhir baligh dalam islam harus sudah bisa mandiri. Anak laki-laki harus menjadi laki-laki tulen.

    Mereka harus dicoba dalam kehidupan keras walau pun dalam ketidaknyamanan. Anak-anak harus memahami niat atas amal-amalnya.  Sebab memahami ilmu itu lebih penting mendahului amal ( Al ilmu qoblal amal).

    Itulah pentingnya duduk khitmat mendengarkan nasehat para alim.

    Penulis Joko Priyono Klaten

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini