• Jelajahi

    Copyright © MARI MENYERU
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    pasang

    Subscribe YouTube

    Tiga Cara Allah SWT Memanggil Umat-Nya, Salah Satunya Ngeri Banget

    JEPRI JOKO PRIYONO KLATEN
    Minggu, 09 April 2023, April 09, 2023 WIB Last Updated 2023-04-10T02:49:47Z

     


    KLATEN - Nama bukan sekedar panggilan. Bagi masyarakat Jawa, nama itu bermakna wasiat atau doa. Tidak heran ada istilah Jawa “asma kinarya japa” yang makna bahwa nama itu berarti obat atau doa.

    Ketika sebuah nama itu dipanggil, di sana ada doa dan harapan.

    Dengan nama yang disematkan itu, orang tua berharap dan berdoa semoga  anaknya kelak bisa menjadi orang hebat, sehat, selamat, yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan agamanya. Maka tugas memberi nama yang baik termasuk bagian visi dan tanggung-jawab orang tua dalam mendidik anak.

    Namun nama bisa juga bermakna sebagai panggilan. Sebuah sebutan untuk memudahkan sekaligus membedakan satu orang dengan orang lain, sehingga memperlancar antar manusia berelasi dan berkomunikasi lebih akrab.

    Begitu juga dengan Allah SWT.  Allah SWT punya panggilan bagi  umat-Nya agar selalu ingat kepada Sang Pencipta-nya.  Allah SWT sebagai pencipta umat manusia di muka bumi memerintahkan untuk beribadah. Diturunkan-Nya kitab petunjuk al quran dan diikuti dengan sunah - sunah Nabi Muhammad SAW, agar kehidupan manusia dituntun oleh hidayah dan kebenaran langit.

    Di situlah turun perintah dan larangan yang mesti dipatuhi dan diamalkan agar kehidupan manusia selamat dan bahagia dunia akherat, salah satunya dengan panggilan syariat.

    Lalu bagaimana cara Allah SWT memanggil umat agar selalu ingat dan dekat dengan Tuhan-nya?

    Kumandang adzan adalah panggilan pertama yang lazim didengar lima kali dalam sehari ketika peringatan perintah sholat wardlu itu akan dikerjakan.

    Sholat adalah bentuk ketaatan setiap muslim untuk mengingat dan mendekat dengan Tuhan-nya didahului dengan panggilan adzan. Adzan itu tidak saja pemberitahuan waktu sholat tiba, tapi juga peringatan agar manusia rehat dari aktifitas dunia berganti dan tidak lupa ibadah.

    Umat islam diminta meninggalkan semua urusan dunia termasuk perniagaannya untuk sejenak mendirikan sholat di masjid. Adzan menjadi panggilan Allah SWT agar manusia mendirikan sholat dan meraih kebahagiaan hakiki di akherat kelak dan melupakan sejenak kesibukan dunia yang fana.

    Ketika kemudian sebagian manusia berduyun - duyun memaksa langkah kakinya ke masjid, tak sedikit bahkan lebih banyak manusia yang abai atas panggilan itu.

    Berbagai dalih dan pembenaran dijadikan alasan agar manusia tidak bersegera ke masjid.  Karena repot, banyak urusan, tanggung pekerjaan belum selesai, baru rapat sampai larisnya perdagangan dan jual - beli menyebabkan mereka urung dan mengabaikan seruan itu untuk sholat.

    Atas panggilan adzan itu manusia masih bisa berdalih.

    Tidak cukup dengan suara adzan, Allah SWT kembali memanggil umatnya dengan  umrah dan haji sebagai panggilan kedua.

    Tanah suci Mekah dan Medinah adalah tempat paling suci untuk mengingat Sang Pencipta. Berkumpulan dengan ribuan bahkan jutaan umat muslim menyeru dan bermunajat dengan dzat yang sama, tentu sebuah kenikmatan batin yang tiada tara.

    Tapi umrah dan haji adalah ibadah yang berat lagi mahal. Tak heran dua seruan itu dikhususkan bagi muslim yang mampu untuk mengerjakannnya.

    Tapi terkadang manusia banyak berdusta. Mereka merasa tidak mampu karena menganggap bekal ilmu tidak cukup.  Ataupun dalih yang lain masih banyak kebutuhan hidup yang belum bisa dipenuhi, sehingga panggila umrah dan haji itu bukan sebagai prioritas  ibadah.

    Padahal pelesiran ke luar negeri wira - wiri mereka lakukan.

    Lagi - lagi panggilan kedua ini manusia masih bisa berdalih.

    Selanjutnya Allah SWT memutuskan memberikan panggilan ketiga yang membuat manusia tidak bisa berdalih, yakni panggilan kematian.

    Ketika malaikat maut datang menjemput, manusia tidak lagi bisa beringsut. Tidak bisa lagi detik kematian itu diajukan atau pun diundurkan.  

    Biar pun manusia dengan kekuasaaannya menyiapkan berjuta prajurit penjaga, atau seribu dokter untuk mengawalnya dari sakit, maka tidak ada lagi kekuatan untuk mempertahankan agar nyawa  tidak keluar dari raga.

    Semua yang bernyawa akan mengalami kematian. Sedangkan tidak ada bekal terbaik menjemput kematian itu, kecuali amal dan ibadah.

    Itulah bekal takwa. Kenikmatan dunia akan sirna. Kehidupan akherat itu selamanya.

    (yaitu) orang yang ketika diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik, mereka (para malaikat) mengatakan (kepada mereka), “Salamun 'alaikum, masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. An Nahl: 32)

    Hanya Allah yang mengetahui kebenaran yang sebenarnya.

    Penulis Joko Priyono Klaten.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini