MARIMENYERU.COM
– Sosok pambiwara alias master ceremony (MC) yang satu ini tidak asing di dunia
keprotokolan Klaten. Apalagi saat
mengenakan pakaian kejawen komplit, ditambah warna vocal yang gandem dan sastra
Jawa yang mumpuni menjadikan para tamu undangan hanyut dalam acara yang
dibawakannya.
Dia adalah Ki
Sukadi Wira Saputra atau akrab disapa Pakde Kadi WS. Boleh dibilang di wilayah
Kabupaten Klaten Ki Sukadi WS termasuk jajaran MC kondang.
Tak heran di
bulan Syawal, Rajab sampai Dulhijah adalah bulan panen bagi sosok yang tinggal
di Kalangan RT2/9, Sentono, Karangdowo, Klaten ini.
Berbekal
belajar autodidak menjadi MC dan alasan kepepet alias kondisi, Ki Sukadi WS
nekat menggeluti dunia keprotokolan Jawa di awal 1980-an. Sejak usia 25 tahun, bapak dua anak ini sudah
aktif menjadi MC di kampung.
Seiring waktu
yang membesarkan namanya, kini PNS Klaten yang purna tugas 2018 itu kini sudah
melalang jagat pambiwara. Tidak saja
wilayah Klaten, Ki Sukadi WS tak jarang diundang untuk jadi pambiwara temanten
sampai Kota Yogyakarta, Surakarta, Sleman dan Bantul.
“Jadi MC itu
saya hanya modal nekat dan karep (keinginan kuat) saja. Dulu kakak saya menjadi bayan (istilah
perangkat desa) sering jadi MC di kampung.
Tapi karena kesibukan kerja, warga jadi sering repot jika membutuhkan
petugas MC. Dari situ saja memberanikan
diri mencoba menjadi MC kampung, biar pun sambal bawa buku atau catatan” kisah
Sukadi saat ditemui di Masjid Nur Azizah komplek Setda Klaten Rabu (24/5/23).
Untuk
meningkatkan ketrampilan seorang pambiwara Ki Sukadi WS banyak belajar dari Ki
Narto Sabdo dam Ki Anom Suroto. Baginya,
dua seniman itu punya kelebihan sastra dan olah vocal yang kuat.
“Tahun 1983
saya terjun di dunia penyiaran di RSPD Klaten. Dari situ dunia radio ikut
membesarkan nama dan kesempatan untuk menjadi pambiwara. Jujur saya menganggumi
Ki Narto Sabdo karena sastranya yang tinggi.
Kalau Ki Anom Suroto itu suluk vokalnya sangat bagus” tuturnya.
Pria yang
beristrikan Sri Widayani ini juga tidak pelit berbagi ilmu. Dia berpesan bahwa pantangan seorangan
pambiwara adalah laku sesongaran atau sombong.
“Pantangan laku
seorang pambiwara adalah sesonggaran. Tidak boleh seorang MC itu lalu sombong
bahwa ia yang paling bagus, paling pintar.
Itu tidak boleh” pesannya.
Tidak hanya itu
pensiunan pegawai Bagian Humas 2018 itu juga mengingatkan agar para pambiwara
muda pandai menjaga amanah dan kepercayaan.
Menurut ditugaskan menjadi pambiwara itu ada tanggung-jawab.
“Jadi MC jangan
sampai terlambat datang di lokasi acara.
Kordinasi dengan panitia lain khususnya petugas pengeras suara itu
penting. MC tidak bisa bekerja sendiri.
Bisa membantu orang lain itu sebuah kebanggaan. Apalagi jika acara berjalan lancar
dan sukses. Seorang MC jangan banyak begadang dan hindari banyak makanan
berminyak. Itu penting” pungkasnya.
Penulis Joko
Priyono Klaten
Editor Joko
Priyono Klaten.