MENYERU.COM – Tokoh yang
satu ini super sibuk. Biar pun sudah
memasuki masa purna tugas sebagai Aparatur Sipil Negara alias ASN di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Klaten sejak 1 Desember 2022, namun aktifitas sosial sosok satu ini tak pernah sepi.
Beliau adalah dr Ronny Roekmito
M.Kes atau sering disapa Dokter Ronny. Tekadnya untuk terus menjadi manusia
yang bermanfaat bagi sesama mendorong suami drg Lexy Roekmito ini seperti tak
pernah lelah berjuang.
Langkah kakinya masih
gesit. Walaupun sudah berusia lebih dari 60 tahun dr Ronny Roekmito M.Kes
terlihat masih sangat bugar.
Ada sebelas organisasi
sosial dan profesi yang aktif ia diurusi.
Mulai pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Klaten, pembina
Sekolah Luar Biasa tipe C Klaten, Ketua Dewan Harian Cabang Badan Pembudayaan Kejuangan
atau DHC BPK 45 Klaten, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS
(KPA) Klaten dan seabreg kegiatan sosial lainnya.
Namun Dokter
Ronny mengatakan sangat fokus untuk program pencegahan dan penanggungan HIV/AIDZ. Saat ditemui di ruang Sekretariat KPA Klaten
di kompleks Setda Klaten (Selasa, 9/5/23), mantan Asisten Pemerintahan dan
Kesejateraan Rakyat Setda Klaten itu mengaku tim KPA Klaten terus terjun ke
lokasi rentan penularan untuk edukasi dan deteksi penularan korban dengan tes
pengecekan HIV.
“Hampir tiap
bulan sekali relawan KPA turun ke lapangan. Tidak saja siang hari, malah
seringkali sampai tengah malam. KPA
Klaten banyak bekerja sama dengan petugas kesehatan di puskesmas kecamatan melakukan tes HIV. Lokalisasi, tempat karaoke sampai panti pijat
jadi lokasi rentan penularan. Sayang
masyarakat belum menganggap HIV/AIDS sebagai penyakit berbahaya. Berbeda halnya dengan covid” kata Dokter
Ronny.
Pria kelahiran 28 Desember 1961 itu menambahkan kalau gejala HIV sampai positif AIDS butuh waktu minimal lima tahun. Hal ini jelas pria
lulusan Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta tahun 1980 itu yang menyebabkan
masyarakat jadi menganggap remeh bahaya HIV/AIDS.
“Orang terpapar
HIV itu seperti orang sehat dan tidak bergejala. Maka KPA Klaten tak lelah untuk mengedukasi
masyarakat. Kuncinya hindari perilaku seks menyimpang dan gunakan alat
pengaman bagi kelompok beresiko tinggi. Perilaku seks menyimpang itu perlu direduksi” pesannya.
Fenomena yang tak
kalah memprihatinkan lanjut dokter yang gemar
menulis syair itu adalah kasus LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender).
Sebab dia katakan korbannya LGBT sudah menyasar kelompok anak- anak.
“Pelaku LGBT itu
akan selalu menggoda dengan mengiming-imingi fasilitas untuk mencari korban. Dirayu dengan uang, hape baru, baju baru,
ditraktir makan dan lain-lain. Ini yang
berbahaya. Apalagi saat ini fasilitas karaoke dan panti pijat menjamur di
Klaten. Maka sosialisasi KPA Klaten
sudah masuk karaoke, panti pijat sampai pelaku hotel. Mealkukan perilaku seks secara sehat itu adalah cara terbaik mencegah penularan HIV/AIDS” pungkas Dokter Ronny.
Berdasarkan data Laporan
KPA Klaten 2022 data korban HIV/AIDS terus mengalami penambahan. Tercatat ada 50 anak yang terpapar HIV/AIDS. Sebanyak 24 anak data terlacak dan dilakukan
pendampingan para relawan.
Komunitas LGBT
diperkirakan ada 800-an orang. Sedangkan
dari kelompok ibu hamil ditemukan ada 57 kasus HIV/AIDS sejak 2016. Total kasus
HIV/AIDS di Klaten terakhir tercatat ada
1.306 kasus.
Penulis Joko
Priyono Klaten.
Editor Joko
Priyono Klaten.