MARIMENYERU.COM
– Setiap orang berhak menentukan pilihan hidupnya sendiri. Tapi memilih
meninggalkan segala kejayaan dan kenikmatan dunia lalu hijrah memilih sepi
dalam kesederhanaan dekat dengan Tuhan adalah pilihan yang langka.
Inilah kisah
yang dilakoni Prof DR Joni Hermana M.Sc.ES M.Phd, mantan Rektor Institut
Tehnologi Sepuluh November Surabaya (ITS) era 2015-2019. Tak ubahnya kaum Muhajirin yang hijrah
meninggalkan semua kekayaan dan kenikmatan tatkala hidup di Mekah untuk ikhlash
membersamai Nabi Muhammad SAW menuju Medinah.
Dalam diri Prof
Joni peristiwa hijrah itu ia alami.
Kisah haru nan
isnpiratif Prof Joni yang rela meninggalkan gaji dan jabatan mentereng dengan berlimpah
fasilitas dan kemewahan dan memilih nyantri menghafal al quran ramai jadi pembicaraan.
Kisah ini banyak mendapat respon dan wira – wiri di banyak akun media
pertemanan.
Hasil penelusuran
MARIMENYERU.COM di portal Askara, Media Sahabat Muda Indonesia yang diunggah
Rabu (12/10/22) menuliskan Prof DR Joni Hermana M.Sc.ES M.Phd tercatat sebagai rector
ke -11 ITS Surabaya. Beliau juga menjabat sebagai guru besar dosen teknologi
lingkungan di universitas yang sama.
Pria kelahiran
Bandung 18 Juni 1960 dan beristrikan Dra Devi Prasasti itu pernah meluncurkan
program unik yakni memerintah semua mahasiswa barunya yang muslim untuk menjaga
sholat subuh. Hasilnya pun luar biasa.
"Waktu pertama kali jadi rektor, saya
intruksikan semua maba bisa sholat subuh. Dan ternyata dampaknya besar, mulai
dari masalah keimanan. Bahkan ada yang berpraduga kok ITS kayak sekolah agama.
Ini membuat saya tertantang, tapi saya ingin menanamkan nilai moral yang
baik," ungkapnya seperti ditulis media Askara.
Kini di usianya yang
tidak lagi muda, Prof Joni memilih menjadi santri pondok. Aktifitas ibadah dan
menghafal al quran menjadi ritual tiap harinya. Gelimang nikmat dunia ditinggalkan. Ia memilih
mencari bekal untuk kehidupan akheratnya yang abadi.
Satu penggalan
kalimat sakti Prof DR Joni Hermana M.Sc.ES M.Phd yang ditulis di akun facebook punya kesan mendalam dan sangat inspiratif.
Kisah subuh itu
Prof Joni berdiri menjadi imam sholat bersama jamaah di masjid pondok. Di situ ada ibunda tersayang sebagai makmum.
Prof Joni
terbata- bata dan menangis ketika memilih membacakan surat Abassa dan sampai
pada ayat Yauma yafirrul mar'u min akhii, wa ummihii wa abiih, wa
shaahibatihi wa baniih, likullimriim minhum yauma idzin sya'nuy yughniih.
Ketika ditanya
ibundanya mengapa ia menangis membacakan ayat itu, sambil memeluk ibundanya
Prof Joni mengatakan “Wahai ibu, ayat itu mnjelaskan tentang huru hara padang
mahsyar saat kiamat nanti, semua akan lari meninggalkan saudaranya. Ibunya, bapaknya,
istri dan anak-anaknya, semuanya sibuk dengan urusannya masing-masing. Bila
kita kaya orang akan memuji dengan sebutan orang yang berjaya. Namun ketika
kiamat terjadi apalah gunanya segala puji-pujian manusia itu” ungkap pesannya.
Dalam pesannya Prof DR Joni Hermana M.Sc.ES M.Phd mengatakan dunia yang menipu jangan sampai menipu dan membuat diri lupa pada negeri akhirat kelak.
""Wahai saudara-saudaraku, apakah
kalian sadar nafas kalian hanya beberapa saat lagi? Sebelum lubang kubur kalian
akan digali. Apa yang aku dan kalian banggakan di hadapan Allah dan Rasul-Nya
kelak?"" pesannya.
Penulis Joko
Priyono Klaten
Editor Joko
Priyono Klaten.