• Jelajahi

    Copyright © MARI MENYERU
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    pasang

    Subscribe YouTube

    Para Jomblowan, Ini Empat Kriteria Memilih Isteri yang Mesti Diketahui

    JEPRI JOKO PRIYONO KLATEN
    Minggu, 21 Mei 2023, Mei 21, 2023 WIB Last Updated 2023-05-22T07:00:13Z

     


    MARIMENYERU.COM - Menikah menjadi syariat yang penuh nikmat.  Biar pun didalamnya tersimpan amanah dan tanggung-jawab yang tidak ringan, sesungguhnya dibalik perintah menikah itu, Allah SWT menyematkan  ketentraman (sakinah), cinta (mawadah) dan rahmat (warahmah).

    Dibawah lindungan syariat menikah, dua insan itu halal memadu kasih. Belaian, sentuhan dan pelukan dalam buaian cinta yang suci dan sah itu menjadi anugerah yang menghadirkan kenikmatan dan kehangatan sebagai fitrah kebutuhan setiap manusia.

    Maka bagi yang sudah kuasa menunaikannya, janganlah menunda menikah. Tidak saja menikah itu menyempurnakan agama, tapi juga bagi muslim yang menikah bakal dianugerahkan kehormatan dan keterjagaan dari dosa.

    Biar pun menikah itu sebuah syariat yang membawa nikmat, tidak boleh juga seorang muslim ""grusa-grusu" memilah calon pasangan hidupnya. Termasuk para orang tua yang ingin mencarikan jodoh untuk anak laki-lakinya.

    Tulisan Majdi Bin Mashur Bin Sayyid Asy-Syuri tentang seluk beluk pernikahan pantas disimak.

    Dalam sepenggal tulisan berjudul Ta’aruf Jalan Menuju Pernikahan” dalam bukunya “Permata Pengantin” yang diterbitkan Fatiha, penulis menyampaikan pesan bijak kalau jodoh terindah adalah jodoh yang didapatkan dari sejauh mana orang itu memperbaiki keimanan dalam dirinya.

    Maka menikah itu harus dimaknai perintah untuk menyempurnakan agama, memperbaiki keimanan dan ketakwaan dalam bingkai ibadah.

    Hadist Riwayat Bukhori dari Abu Hrairah Nabi SAW bersabda “Wanita dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya. Kecantikannya dan agamanya.  Maka pilihlah Wanita yang memilikiagama, niscaya engkau beruntung”.

    Seorang yang beriman, ia tidak mudah mengumbar dan menjual murah cintanya, apalagi sekedar pelampiasan sahwat. Cinta itu diletakan di atas nilai-nilai dasar leimanan. Cinta yang dibingkai dalam keimanan itu sebagai bagian wasilah meraih cinta illahi.

    Majdi Bin Mashur Bin Sayyid Asy-Syuri berpesan syarat pertama yang wajib dipenuhi calon istri adalah baik agamanya.

    Mengutip al quran Surat al Baqoroh ayat 221 dikatakan “Sungguh hamba sahaya yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik, meskipun dia menarik hatimu”.

    Ketika seorang wanita taat beragama, maka diharapkan darinya banyak kebaikan. Tanda pertama ketaatan seorang wanita terhadap agama adalah sholat yang merupakan komunikasi antara seorang hamba dengan Robbnya.

    Jika seorang wanita memiliki hubungan baik dengan Robbnya, maka bisa diharapkan kebaikan dari wanita seperti ini. Sebaliknya, jika seorang wanita mengabaikan  perintah dan hak Robbnya, tidak aneh jika ia mengabaikan hak dan kewajiban atas suaminya.

    Kedua, wanita yang subur. Hadist riwayat Abu Dawud Nabi mengatakan “Nikahilah wanita yang banyak anak (subur) dan memiliki kasih sayang kepada suami, karena aku akan membangga-banggakan jumlah kalian”.

    Ketiga memiliki sifat kasih saying dan cinta.

    Hadist riwayat Al Bukhori ((V/1955) dan Muslim (IV/1958), Nabi mengatakan “Sebaik-baiknya wanita yang menunggang unta adalah yang  paling saying terhadap anaknya dan yang paling menjaga suami terkait hartanya.

    Keempat, masih gadis.

    Ummul Mukmini Aisyah sebagai diriwayat Al Bukhori mengatakan kepada Nabi seraya menyindir bahwa ia satu-satunya yang beliau nikahi : Bagaimana menurutmu jika engkau singgah di suatu lembah dan di sana ada sebuah pohon yang buahnya sudah dimakan, dan engkau menemukan pohon yang lain yang buahnya belum dimakan.  Di pohon yang manakah engkau akan menggembalakan untamu? Belaiau menjawab, di tempat yang pepohonannya belum digunakan untuk menggembala.

    Menurut Aisyah, Rosulullah tidak menikah seorang gadis perawan pun selain (diri) nya.

    Hanya Allah yang mengetahui kebenaran yang sebenarnya.

    Penulis Joko Priyono Klaten

    Editor Joko Priyono Kalten.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini