MARIMENYRU.COM - Merawat jasad mati bisa jadi bukan pilihan profesi yang menyenangkan.
Tapi karena didasari ibadah, maka pekerjaan itu tetap bisa dinikmati. Tepatnya bekerja sambil berdakwah.
Itulah yang dilakoni Ustadz Suwardi. Sejak tahun 2000, sosok yang tinggal di Gading Wetan RT 1/12 Belang Wetan, Klaten Utara itu dipercaya bidang kerohanian khususnya pemulasaraan jenazah di RSI Klaten.
"Awalnya saya bertugas di ruang gizi mengantarkan makanan buat pasien. Pernah juga di ruang laundry. Bahkan menjadi sopir ambulan pernah saya lakoni. Namun sejak 2000, saya dipercaya di bidang kerohanian dan memandikan jenazah" terang Ustadz Suwardi saat ditemui MARIMENYERU.COM di Gedung Al Mabrur (Sabtu,15/7/23).
Bapak empat anak yang sibuk jadi mubaligh di berbagai tabligh Akbar itu menjelaskan tugas nya menyucikan jenazah memudahkan dirinya mengingat Tuhan.
Sisi lainnya pekerjaan itu dimaknai ibadah.
"Menyucikan jenazah ibaratnya diingatkan tentang takdir kematian. Pekerjaan saya maknai sebagai ibadah. Minimal jadi pengingat bagi diri saya sendiri ' jelasnya.
Bicara pengalamannya selain menyucikan jenazah, Ustadz Suwardi juga ditugaskan RSI Klaten dalam kunjungan pasien dan doa.
"Tugas lain saya di RSI Klaten adalah mendoakan pasien. Kalau jenazah orang Sholeh itu wajahnya bersih. Sosok terkenal yang pernah saya mandikan jenazahnya adalah almarhum HM Chusnun, Ustadz Subiyanto, Haji Kasri sampai pejabat Pemda Bambang Sigit Sinugroho. Masa covid paling banyak menyucikan jenazah. Sehari bisa memandikan lima jenazah. Ada juga pasien yang sakarotil maut malah marah-marah ketika ditalqimkan. Itu pengalaman saja," pungkasnya
Kini di usianya yang menginjak 57 tahun, Ustadz Suwardi kian laris manis mengisi berbagai acara ceramah dan pengajian.
Pesan yang selalu meluncur dari nasehatnya adalah mencari ujung penghidupan yang baik.
Istilahnya "tansah ngudi memanising pati". Itu pesan beliau yang mudah diingat.
Penulis Joko Priyono Klaten
Editor Joko Priyono Klaten