Surga itu berkelas-kelas tingkatannya. Semuanya disesuaikan dengan nilai
amal dan derajat ketakwaan seorang hamba.
Semakin tinggi nilai amal dan derajat ketakwaan seorang hamba, makin tinggi
pula surga yang kelak dihuninya di akherat.
Berbeda dengan kehidupan dunia.
Manusia sering dihargai dan dinilai dengan yang kasat mata. Entah itu kekayaan, pangkat dan jabatan, ilmu
dan pekerjaan atau pun ketampanan dan kecantikan seseorang.
Padahal yang namanya keindahan fisik, kekayaan, pangkat, jabatan dan
pekerjaan itu tak ubahnya rezeki.
Manusia bisa minta kenikmatan itu, tapi tak berkuasa memastikan.
Namun Allah SWT mengukur ketakwaan itu tidak yang bersifat jasadiyah. Seakan
menunjukan sifat adilnya, Allah SWT mengukur nilai dan derajat manusia itu dari
ketakwaannya.
Cantik dan tampan manusia tidak bisa memilih nikmat itu. Termasuk pangkat dan kekayaan yang tinggi,
itu semua hak Allah SWT biar pun manusia bisa berdoa dan meminta.
Yang kaya atau pun miskin, tampan tidak tampan atau cantik tidak cantik,
atau pun yang pangkat dan yang jelata semua berhak meraih derajat takwa itu.
Takwa adalah berhati-hati.
Umar Bin Khotob RA mengibaratkan orang bertakwa itu seperti berjalan di
malam gelap gulita di atas jalanan licin nan berduri.
Maka orang bertakwa itu akan senantiasa berhati – hati melangkah agar
tidak tergelincir dari keindahan godaan dunia.
Ia juga akan bersungguh-sungguh menjaga amal ibadah dan tidak berbuat
dosa, agar hidupnya kelak tidak berujung siksa yang perih.
Allah SWT menegaskan dalam
Q.S : Al Hujurat ayat 13 :
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
Lalu bagaimana dengan
tingkatan takwa itu? Ada lima tingkatan
takwa seorang hamba Allah SWT.
1.
Muslim
Orang disebut muslim jika ia beragama islam. Untuk menjadi orang islam,
maka seseorang diwajibkan bersyahadat dulu. Yakni persaksian tiada tuhan yang
pantas disembah kecuali Allah SWT, dan tiada rosul utusan kecuali Muhammad SAW.
Orang muslim itu banyak . mereka yang berduyun - duyun saat sholat Jumat, Idhul Fitri atau Idhul Adha. Tapi kualitas keimanannya belum teruji.
2.
Mukmin
Mukmin adalah sebutan untuk orang beriman. Ia tidak saja beragama islam,
tapi juga kaya dengan amal ibadah. Mengutip QS Al Mukminun ayat 1 – 11, maka
orang mukmin itu khusyuk jika mengerjakan sholat, meninggalkan urusan yang
tiada guna, membayar zakat, menjaga kehormatan diri serta menjaga sifat amanah
dan adil.
3.
Muhsin
Muhsin adalah orang yang memiliki akhlak mulia. Keyakinan dan amalnya mampu membentuk setiap
sikap, ucapan dan perbuatannya senantiasa karimah. Ia selalu memberi manfaat
bagi sesama. Lisannya lembut tidak mudah
menyakiti orang lain sehingga ia disukai banyak orang.
4.
Maksum
Maksum adalah orang terjaga dari dosa.
Ia tidak mudah berbuat dosa, biar pun sekedar dosa kecil. Lisannya mudah
mengucap kata istigfar dan maaf, karena takut dosa itu kelak akan menceburkannya
ke neraka.
5.
Muslih
Muslih adalah derajat tertinggi orang bertakwa. Ia tidak saja kaya dengan amal ibadah,
berakhlak mulia dan terjaga dari dosa, akan tetapi ia rela berkorban demi orang
lain dan berjuang untuk Allah SWT, agama dan umat.
Ia mampu berdiri menjadi sosok teladan. Tidak hanya itu, orang yang
muslih itu ia berani memilih dakwah sebagai bagian hidupnya.
Penulis Joko Priyono Klaten
Editor Joko Priyono Klaten.