Hidayah menjadi harta paling
mahal bagi orang beriman. Sebab hidayah itu adalah kebenaran yang hakekatnya
akan menuntun dan mengantarkan seseorang ke jalan keselamatan dan kebahagiaan
yang hakiki.
Hidayah itu juga bisa
dimaknai sebagai ilmu. Ia harta yang tidak tampak, berbeda dengan gelimang
kemewahan dunia. Dengan pengamalan ilmu
itu menjadikan manusia lebih mulia karena dibimbing kebenaran.
Perilaku yang dibimbing
kebenaran akan mengarah kepada kebaikan.
Dan kebaikan itu akan mengantarkan
manusia ke surga. Sebaliknya sahwat yang
tak terjaga akan mengajak kepada kejahatan,
Dan Kejahatan itu akan menggiring manusia kepada siksa di neraka.
Maka selamat dari siksa
neraka dan meraih surga Allah SWT adalah cita – cita seorang mukmin. Ia akan bersungguh-sungguh menjaga hidupnya untuk tidak
jatuh dalam perilaku dosa yang diimbangi ikhtiar bersungguh-sungguh menjaga
amal ibadah.
Keindahan dan manisnya
dunia tak membuat hatinya berpaling dari Allah SWT. Sahwat terhadap harta tahta dan wanita, tidak membuat goyah imannya. Karena ia sadar,
hidup di dunia adalah sekedar menjalani amal dan tidak ada pembalasan.
Sementara kehidupan di akherat yang ada adalah pembalasan tidak ada lagi amal.
Di akherat itu yang ada
hanyalah surga dan neraka. Dua tempat yang sengaja Allah SWT sipakan sebagai balasan yang sempurna atas amal dan
perbuatan manusia.
Ali Bin Abi Tholib RA
berkata ada enam perkara, jika ada dalam diri seseorang maka dia akan selamat
dari siksa api neraka dan dan mendapatkan nikmat surga.
Pertama, dia mengenal Allah
SWT lalu taat,
Mengenal Allah SWT itu
adalah memahami makna tauhid secara utuh.
Seorang mukmin tidak saja mengakui secara sadar sifat dan kekuasaan
Allah SWT, tapi juga dibarengi dengan ibadah yang ikhlash dan rasa tawakal
(berserah diri) yang kuat.
Kedua, dia mengenal
kebenaran lalu mengikutinya,
Mengenal kebenaran itu
dilakukan seorang muslim dengan sabar membersamai orang-orang alim yang lurus. Telinganya
dipaksanya mendengarkan kebenaran, lalu diikutinya dengan ketaatan.
Ketiga, dia mengenal surga
lalu mengejarnya,
Surga itu bukan bonus yang
gratis dari langit. Niat kuat meraihnya, menjadi kekuatan untuk menjaga amal
ibadah dan amal sholehnya. Ia tidak
melambung dengan pujian amal, juga tidak patah arang dengan cacian.
Keempat, dia mengenal
neraka lalu menjauhinya,
Dunia yang dilalui itu fana
dan akherat adalah negeri masa depan itu lebih baik dan kekal. Alangkah
celakanya di alam yang abadi itu kelak manusia hina dan sengsara dengan
siksa. Maka ia akan bersungguh-sungguh
menjaga hidupnya agar tidak jatuh dalam dosa, biar pun sekedar dosa menjatuhkan
upil di hidungnya, ketika mengengarkan suara kotbah.
Kelima, dia mengenal dunia,
lalu zuhud,
Dunia dihadirkan penuh
keindahan yang menggoda sahwat. Tapi godaan dunia bagi orang beriman itu tak
melupakan untuk mengingat Allah SWT.
Maka ia memilih hidup itu bersahaja biar pun dia sesungguhnya kaya.
Keenam, dia mengenal setan,
lalu menjauhinya.
Setan itu dakwahnya
menggoda manusia untuk berpaling dari kebenaran. Maka orang beriman selalu
berlindung kepada Allah SWT dari bisikan-bisikan setan yang halus seperti riya
(pamer), sum’ah (bangga dengan amal) atau huzbusy sukrah (agar dikenal sebagai
orang sholeh).
Penulis Joko Priyono Klaten
Editor Joko Priyono Klaten.