MMC Klaten – Rezeki termasuk hal yang ghoib. Jumlah, tempat dan kapan waktu datangnya
rezeki itu ada di tangan Allah SWT.
Manusia bisa bekerja keras, tapi tentang jumlah rezeki seseorang pasti tidak
akan pernah selalu sama. Begitu juga ketentuan
Allah SWT terhadap takdir jodoh dan
kematian.
Kewajiban manusia terhadap pencapaian rezeki adalah
berikhtiar. Bersungguh – sungguh mencari rezeki secara halal dan berkah, tanpa harus
mendlolimi orang lain. Tentang hasilnya, semuanya diserahkan kepada Sang Maha
Pengatur rezeki.
Bagi orang beriman rezeki itu tak harus menuntut
banyak. Apa artinya rezeki itu banyak dan melimpah, tapi tidak halal juga
berkah. Apa artinya harta melimpah, tapi
hati pemiliknya sangat pelit untuk zakat dan sedekah.
Apa pun pemaknaan nikmat itu adalah diukur dari
keberkahannya. Apakah nikmat Tuhan itu
mampu mendekatkan manusia ke jalan kebaikan atau tidak.
Orang beriman sangat menyadari kalau harta dan balasan
Allah SWT itu jauh lebih berharga dari semua keindahan harta di dunia.
Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap
apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang
bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik
(Q.S. Ali Imron Ayat 14).
Sebaliknya, orang kafir
lebih memilih keindahan dunia sebagai surganya. Segala nafsu diperturutkan asal
dia puas, senang dan bahagia. Kenikmatan dunia menyebabkan dia berpaling dari
Tuhan dan seolah-olah tidak butuh lagi untuk beribadah.
Keindahan dunia telah
sungguh-sungguh membutakan mata hati orang-orang yang lalai.
Kehidupan dunia dijadikan
indah dalam pandangan orang kafir dan mereka menghina orang beriman. Padahal orang bertakwa itu berada di atas
mereka di akherat. Dia (Allah) memberi rezeki pada orang-orang yang Dia
kehendaki tanpa perhitungan (Q.S. Al Baqoroh Ayat 212).
Kita berharap, rezeki
yang diberikan Allah SWT itu adalah rezeki yang halal. Halal itu pasti berkah dan berkah itu adalah pintu kebaikan. Orang beriman sangat takut keindahan dunia itu
menyebabkan mata hatinya berpaling dari mencari keridloan Allah SWT.
Maka untuk mendapatkan
rezeki-rezeki yang berkah, orang beriman sangat berhati-hati dalam berikhtiar. Berikut ada tujuh amalan yang harus dihindari agar rezeki yang berkah itu tidak menjauh
pergi.
1.
Zina
Perbuatan zina termasuk
dosa besar yang sangat dimurkai Allah SWT. Zina menjadi pinta kemarahan Allah
SWT terhadap manusia ,karena syariat yang dilanggar. Tak heran sampai Rosulllah mengatakan kalau
zina itu sebagai pemutus rezeki.
Tidak hanya itu Rosullah
juga mengingatkan kalau zina itu menjadi dalih dicabutnya keberkahan umur, pekatnya
wajah dan mengantarkan pelakunya ke siksa neraka.
Anak muda yang gemar
berzina, tidak saja sebagai perbuatan dosa, biasanya akan disempitkan rezeki di
penghidupan berikutnya.
2.
Berkianat
Berkianat adalah lawan dari
sifat amanah. Orang akan senang dan percaya terhadap manusia yang amanah. Dan amanah itu jalan kebaikan yang akan
membukakan jalan kebaikan berikutnya.
Sebaliknya orang akan benci
terhadap orang yang berkianat. Orang
tidak akan percaya terhadap orang yang berkianat. Orang yang berkianat sama
saja ia telah merintis jalan kesempitan kehidupannya termasuk pintu rezekinya
sendiri.
Rosulullah mengatakan
berkianat mendatangkan kefakiran dan amanah akan menarik datangnya rezeki.
3.
Tamak
Tamak atau serakah
alias rakus adalah sifat setan. Biasanya
sifat tamak itu bersaudara dengan sifat iri. Tamak menjadi sifat buruk yang
harus dihindari karena merugikan orang lain.
Setiap ketamakan
akan berujung kesengsaraan. Sebab dia pasti tega mengambil hak orang lain
secara paksa atau dzolim. Sementara Allah SWT tidak pernah salah meletakan
rezeki bagi setiap makluk-Nya.
Orang yang tamak
atas harta, awalnya rezeki banyak. Tapi
itu sifatnya sementara saja. Kelak pada
waktunya, Allah SWT akan adil mengambil kembali secara paksa dan tiba-tiba ketika
seseorang berlaku tamak.
4.
Dzolim
dan maksiat
Dzolim adalah perbuatan
aniaya yang dilakukan manusia. Dan
kedzoliman terbesar seorang hamba adalah ketika dia tidak mau beribadah kepada
Allah SWT. Ketika manusia tidak mau menyembah Tuhan-Nya, sesungguhnya dia telah
tega menganiaya diri sendiri sebab membiarkan kesengsaraan dan siksa atas
dirinya di hari pembalasan.
Dan sungguh, Kami telah menghancurkan umat – umat sebelum kamu, ketika meeka berbuat dzolim padahal para rosul mereka telah datang membawa petunjuk yang nyata. Tapi mereka sama sekali tidak mau beriman. Demikian Kami memberi balsan pada orang-orang yang berbuat dosa. (Q.S : Yunus Ayat 13).
5.
Malas
Tidak akan menyatu sifat
kemalasan dengan kesuksesan. Manusia yang banyak tidur dan malas, sifatnya
pasif tidak produktif. Mereka yang memiliki daya juang saja yang akan mampu berubah
menuju kebaikan dan manfaat.
Orang malas itu ibarat air
yang menggenang. Ia tidak bisa menggerakan kehidupan bahkan tidak mungkin kemalsan itu menjadi
sumber kemadlorotan dan kerusakan.
Sebagai ikhtiar, maka
rezeki itu harus dijemput. Allah SWT lebih menyukai seorang hamba yang
tangannya kasar dan keras sebab bekerja, daripada orang malas yang sekedar
berpangku tangan memohon belas kasihan.
6.
Pelit
berbagi air.
Air adalah kebutuhan dasar
yang vital untuk kehidupan. Memberi makan orang kelaparan dan memberi minum
orang yang kehausan punya nilai ibadah yang besar di sisi Allah SWT.
Maka menjadi dosa besar
ketika ada manusia yang secara dzolim dan sengaja menutup akses air bagi orang
lain. Bahkan malas berbagi saja bisa
mengundang murka Allah SWT sehingga menutup jalan rezeki.
7.
Menghina
hujan dan angin
Air hujan dan angin adalah
termasuk makluk Allah SWT. Dia berhak atas makluk-makluk yang selalu tunduk
dengan perintah-Nya.
Allah SWT menggenggam semua
makluk-Nya itu yang akan bergerak sesuai kehendaknya. Maka menghina air hujan,
angin dan semua gejala alam adalah dosa yang harus dihindari.
Menghina makluk sama saja
menghina pencipta-Nya. Orang beriman dilarang menghina air hujan, angin atau bahkan semua gejala alam yang ada, sebab
menghina makluk hajejatnya juga menghina Allah SWT sebagai penciptan-Nya.
Editor Joko Priyono Klaten.