MMC
KLATEN - Generasi sekarang mungkin tak pernah mengalami tradisi rokok tengwe
alias nglinting dewe. Sebuah kebiasaan orang desa dulu menghisap rokok
dengan meracik sendiri.
Caranya
ada dengan mengambil selembar kertas kecil, ditaruh tembakau, ditaburi cengkeh
dan uwur lalu digulung baru disulut dengan api buat merokok sambil istirahat di
bawah pohon memandangi batang-batang padi yang menguning.
Di era
sebelum 1980-an merokok model tengwe lazim terlihat. Tapi kini cara merokok seperti itu mulai punah
tergantikan rokok modern.
Kini
merokok tengwe mulai banyak ditinggalkan Selain ribet, ternyata pengusaha yang
memproduksi kertas sigaret, cengkeh dan uwur alias serbuh penambah nikmat
merokok tengwe itu kini sudah mulai sulit ditemukan.
Tapi
di Klaten ternyata masih ada yang memproduksi uwur.
Nama
pengusaha itu adalah Edi Kisyanto atau akrab disapa Edi Uwur. Tinggalnya di
Kajen RT 15/06 Bonyokan, Jatinom, Klaten. Konon informasinya usaha produksi
uwur milik Edi Kisyanto sebagai usaha keluarga turun temurun.
"Usaha
produksi uwur ini sudah ada sejak 1942 yang dirintis Eyang H. Ghozali. Kami ini
generasi keempat. Setelah Eyang Ghojali dilanjutkan bapak, H.Daromi, lalu
kangmas Narji" kata Edi saat ditemui di rumahnya (26/10).
Uwur
sendiri itu bahan tengwe selain cengkeh, sigaret dan tembakau. Uwur itu sendiri
dibuat dari ampas onggok, ditambah batang cengkeh, kemenyan dan akar klembah
sejenis gingseng lalu dijadikan satu dan ditumbuh halus, baru dikemas.
“Cengkeh
sendiri sudah mahal termasuk akar klembak seperti gingseng. Kami mempunyai 9 tenaga kerja dari tetangga
sekitar. Kami memberi merk uwur Matoek H. Daroji. H. Daroji itu nama ayah kami. Untuk pangsa
pasarnya adalah daerah pegunungan seperti Sunggingan, Selo, Kabupaten Boyolali
dan Gunung Kidul” kata Edi.
Pangsa
pasar uwur merk Matoek H. Daroji kini makin sepi di tengah persaingan rokok
modern. Namun uwur merk Matoek H. Daroji
masih menjadi legenda. Minimal menjaga tradisi tengwe, merokok model nglinting
dewe para petani desa sambil ngobrol di tepi sawah mensyukuri nikmat alam
dan hasil bumi yang diberikan Tuhan.
Penulis Joko Priyono Klaten
Editor Joko Priyono Klaten