MMC Media – Kesabaran dan keikhlasan Titik Budi
Rahayu alias Titik Tiwuk, seorang pekerja sosial (social worker) seperti
terus diuji. Tidak saja rutin merawat
para penyintas kanker di Klaten, kini ia dipertemukan dan harus merawat pasien
ODGJ atau orang dengan gangguan jiwa yang tengah menderita stroke.
Karena factor keterbatasan ekonomi, pasien ODGJ
yang terkena stroke bernama Susilo, usia 44 tahun itu terpaksa di rawat di
rumahnya sendiri di Dukuh Jongkare, Desa Jingkare, Karanganom, Klaten.
Sejak ditemukan, Titik Tiwuk dibantu suami dan
anaknya telah merawat pasien ODGJ itu selama lebih dari dua bulan.
“Saya waktu itu dihubungi relawan ambulan yang
mengatakan ada pasien ODGJ dan terkena stroke. Waktu itu pasien Susilo
menjalani operasi kepala akibat serangan stroke. Tapi karena di rumahnya di
Desa Krakitan, Bayat tidak ada yang merawat, maka seizin suami, saya bawa
pasien Susilo ke rumah Jongkare” terang Tiwuk saat diwawancara (Kamis, 11/01).
Tiwuk, lulusan Sejarah Fakultas Sastra UNS Solo itu
mengisahkan kondisi pasien Susilo waktu ditemukan sangat lemah.
Ibu dan kakaknya yang sakit jantung dan tidak bisa merawat, menjadi
alasan Titik Tiwuk membawa Susilo untuk di rawat di rumahnya.
“Kondisi separuh badan pasien itu lumpuh dan tak
bisa bicara. Merawatnya itu lebih dari merawat bayi. Jadi setiap hari saya dan suami itu menyuapi,
memandikan, memasang pampers sampai mengajarkan kembali untuk sholat sedikit
demi sedikit. Selain pengobatan, pasien
juga diterapi, dilatih bicara dan berjalan.
Alhamdulillah sekarang sudah bisa berdiri dan berkata biar pun
terbata-bata ” terang Tiwuk bercerita.
Tiwuk mengaku kadang jiwanya dalam titik batas kesabaran.
Tapi suami dan anaknya selalu mengingatkan agar terus bersabar dan Ikhlas.
“Waktu itu suami mengatakan kepada saya kalau
pasien Susilo itu dikirimkan Tuhan untuk kami yang merawat. Suami menyakinkan
saya kalau pasien Susilo itu orang baik sehingga Tuhan mengirimnya untuk kami
yang menjaga dan merawatnya secara baik. Malah kadang anak-anak yang
mengingatkan agar saya lebih bersabar. Tidak boleh marah merawat pasien Susilo
ini biar pun sering mengompol, buang feses di kasur sembarangan. Intinya saya
harus terus membangun kesabaran dan keikhlasan merawat sesame, karena sudah
diniatkan” pungkasnya.
Kesabaran Tiwuk merawat penyintas kanker seperti
tak pernah habis. Kini di rumahnya
sendiri, ia bersama suami dan anak-anaknya harus merawat Susilo, seorang ODGJ
yang menderita stroke.
Tiwuk selalu berujar “Keihlasan itu tiada batas
sepanjang mengharap ridlo Tuhan”. Itu yang diyakini sebagai kekuatannya.
Penulis Joko Priyono Klaten
Editor Joko Priyono Klaten.