MMC Media – Hidup keras harus dilakoni sosok wanita
yang satu ini. Semenjak ditinggal wafat
suaminya, 2005 silam, ia pantang menyerah dan harus kuat menghidup anak-anaknya
yang masih kecil waktu itu.
Wanita tangguh itu adalah Ibu Sani. Pekerjaanya
adalah penjual jasa tambal ban di pinggiran Jalan Ronggo Warsito, Sangkal Putung,
Klaten. Tepatnya di sebelah barat Kantor Baznas Klaten.
Usianya sudah tidak muda. Tapi tangannya masih terlihat terampil dan lincah
membuka ban yang bocor untuk ditambal. Bahkan membuka baut roda motor pun
dengan mudah ia dilakukan.
Termasuk menghidupkan mesin kompresor angin. Sekali tarik dengan tali ditangan, mesin pompa
angin itu langsung menyala tanpa kendala.
“Saya bekerja sebagai tambal ban sudah 19 tahun. Waktu
itu suami kena kanker otak tahun 2005.
Setahun berikutnya beliau meninggal. Padahal anak-anak baru usia 5 dan 3
tahun” cerita Ibu Sani (Senin, 12/2) disela - sela mengganti ban roda motor
warga yang membutuhkan jasanya.
Wanita berjilbab asli Klaten itu bisa bekerja
menjadi jasa tambal ban belajar dari sang suami. Ia mengaku hanya melihat
pekerjaan suami, lalu mengamati dan sekarang bisa menjadi sumber
penghidupannya.
“Kerja yang penting halal saja. Sekarang anak –
anak sudah besar. Saya sudah buka mulai jam 06.00 wib. Jadi bisa membantu
pengendara yang mengalami ban bocor atau kempes. Selain jasa tambal ban, saya juga jualan
angkringan. Tapi beberapa hari ini libur
karena ada pekerjaan barengan” terangnya.
Ibu Sani menjadi fenomena langka bekerja
sebagai penjual jasa tambal ban layaknya dilakukan kaum laki-laki di zaman
modern ini. Tapi itulah kondisi hidup yang harus dijalani.
Pekerjaan yang keras sebagai penjual jasa tambal
ban adalah pilihan pekerjaan demi menghidupi keluarganya. Tidak menyerah, bisa membantu ketika orang
dalam kesulitan dan mencari rezeki yang halal itu sudah cukup menjadi prinsip
dalam hidupnya.
Penulis Joko Priyono Klaten.
Editor Joko Priyono Klaten.