KLATEN – Sosok Ustadz Lutfi Al Bukhori masih muda belia.
Saat ini usia baru 23 tahun. Tapi prestasinya sangat membanggakan, yakni di
usia sangat muda, ia sudah hafal al quran 30 juz.
Tidak hanya itu.
Ustadz Lutfi Al Bukhori juga indah dalam melantunkan syair adzan. Bahkan beberapa kali mewakili Provinsi
Kalimantan Barat di perhelatan MTQ Tingkat nasional.
Anak muda asal Singkawang, Kalimantan Barat dalam
usaha menjadi penghafal al quran memang tidak mudah. Niatnya yang bulat
menjalankan wasiat sang ayah yang telah tiada, jadi penyemangat dirinya menjadi
seorang hafidz.
Ia memutuskan merantau di tahun 2016. Bumi Kalimantan ia tinggalkan sehingga langkah
kakinya harus berhenti di Pondok
Pesantren Al Mukmin , Wonosari, Klaten.
“Waktu itu saya masih kelas 2 SMA sekitar umur 16
tahun. Ayah berpesan, kalau salah satu
anaknya harus jadi penghafal al quran. Itu pesan ayah yang saya pegang sebagai
doa meninggalkan kampung halaman ke Pulau Jawa. Oleh kakak, saya diminta nyantri
di Pondok Pesantren Al Mukmin , Wonosari, Klaten. Alhamdulillah selama 1 tahun 6 bulan, saya
selesai menjadi penghafal al quran” terang Ustadz Lutfi saat ditemui MMC Media
di Masjid Nur Azizah Setda Klaten pekan lalu.
Ustadz muda yang kian padat berdakwah lewat program
Safari Ramadan 1445 H itu mengungkapkan rahasianya menjadi penghafal al quran.
Baginya menjadi penghafal al quran tidak cukup bermodal niat.
“Selama 1 tahun 6 bulan saya di Pondok Pesantren Al
Mukmin , Wonosari, Klaten untuk bisa menjadi penghafal al quran. Saya diminta
membaca al quran 40 kali katam, baru boleh setor hafalan oleh guru Abu Huri Al
Qosimi. Dan Al quran itu sangat pecemburu, lebih pecemburu daripada
manusia. Maksudnya menghafal al quran
itu butuh waktu lama. Tapi untuk
hilangnya hafalan itu sangat mudah” terang.
Ustadz Lutfi Al Bukhori yang kini dipercaya menjadi
muadzin dan guru tahfidz di Masjid Nur Azizah Setda Klaten itu pun mengungkapkan
tipsnya menjaga hafalan al quran.
“Menghafal al quran itu harus talaqqi (tatap muka) dengan
guru. Tiap habis subuh, saya harus setoran 3 juz dengan almarhum KH Mustari. Itu kalau beliau ada waktu longgar.
Istilahnya harus murojaah (mengulang-ulang hafalan) minimal 3 juz per
hari” pungkasnya.
Penulis Joko Priyono Klaten
Editor Joko Priyono Klaten.