MMC MEDIA – Ustadz Muhammad Ngirhason, penyuluh agama
islam dari Kementerian Agama Kabupaten lolos di ajang PAI (Penyuluh Agama
Islam) Award 2024 dan meraih Juara I Tingkat
Jawa Tengah. Memilih kategori metode
penyuluhan baru dakwah model entriqurist, ia berhak mewakili Jawa Tengah maju
di PAI Award Tingkat Nasional di Jakarta.
Kepada MMC Media dalam bincang telepon (Kamis,
16/5) penyuluh agama islam Kementerian Agma Kabupaten Klaten yang juga aktif di
organisasi Ikadi Klaten itu mengatakan saat ini sedang mempersiapkan untuk
lomba PAI Award Nasional 2024.
“Dari Klaten kemarin mengirimkan beberapa peserta
di PAI Award Jawa Tengah 2024.
Alhamdulillah saya terpilih Juara I di ajang PAI Award Jawa Tengah
tanggal 8 Mei lalu dan mewakili maju tingkat nasional. Saya mengambil kategori metode
penyuluhan baru yakni dakwah melalui media boneka ventriqurist. Jamaah ternyata
banyak yang tertarik dan metode ini juga efektif untuk menyampaikan pesan –
pesan ajaran islam” terangnya.
Terkait metode penyuluhan ventriqulist pria yang
akrab dipanggil Kak Irhas itu menjelaskan jika metode ini menggunakan Teknik olah
suara menggunakan nafas perut. Ia lalu dalam
menyampaikan pesan dakwah menggunakan
alat bantu boneka.
’’Metode ventriqulist yaitu berbicara dengan
menggunakan nafas perut. Jadi kalau
dilihat sekilas itu bibir seperti tidak bergerak. Contohnya yang sudah dikenal masyarakat
seperti boneka Susan dan Kak Ria dari Surabaya. Namun saya memilih menggunakan
metode penyuluhan baru ventriqulist ini untuk berdakwah. Kebetulan saya adalah penyuluh agama Klaten”
tambahnya.
Bicara tentang sosok tokoh boneka yang digunakan
untuk berdakwah, pendakwah yang tinggal di Ngentak, Mojayan, Klaten Tengah,
Klaten itu mengatakan memilih boneka jenis monyet, burung dan tokoh kakek
Imanto.
“Kalau berdakwah saya menirukan suara monyet, burung
dan kakek tua. Boneka itu saya beri nama
moncu alias monyet lucu. Lalu Bucu atau
burung lucu dan Mbah Imanto yakni akronim imane sing temoto. Maka dengan metode ventriqulist atau nafas
perut saya bisa menirukan suara monyet, burung dan kakek tua itu. Dan alhamdulillah jamaah tertarik, tidak
mengantuk dan bagi anak-anak dakwah jadi lebih tertarik” pungkasnya.
Penulis Joko Priyono Klaten
Editor Joko Priyono Klaten.