MMC MEDIA – Ustadz asal Klaten satu memang kreatif.
Metode dakwahnya mengenalkan nilai – nilai islam disampaikan efektif melalui
media pengantar berupa boneka lucu.
Dia adalah Muhammad Ngirhason.
Boneka itu diberi nama Mbah Imanto alias imane
ditoto dan Moncu atau boneka lucu. Sambil menirukan sosok suara kakek tua yang menampilkan
boneka Imanto dan suara monyet Moncu mampu mengantar Muhammad Ngirhason,
pegawai penyuluh agama Kementerian Agama Kabupaten Klaten menembus 10 besar
nominator ajang PAI (Penyuluh Agama Islam) Award Nasional 2024.
“Setelah melewati ajang PAI Award Jawa Tengah,
alhamdulillah saya Juara I dan mewakili maju Tingkat Nasional. Sementara metode penyuluhan baru yang saya
pilih masuk nominator 10 besar. Mohon
doa dan dukungan semua masyarakat agar nantinya diberikan hasil terbaik” pesan Ngirhason
kepada marimenyeru.com (Kamis,27/6).
Pria yang tinggal di Mojayan, Klaten Tengah dan
akrab disapa Kak Irhas itu menambahkan terus melengkapi syarat dan kelengkapan
di PAI Award Nasional.
“Lomba PAI Award Nasional 2024 ini masih
berlangsung. Peserta diminta untuk
membuat dokumen portofolio. Selanjutnya penilaian akan dilakukan di Bogor”
jelasnya.
Terkait sambutan masyarakat dengan metode dakwahnya
menggunakan boneka Imanto dan Moncu, Muhammad Ngirhason mengatakan kalau metode
dakwahnya banyak direspon dengan baik.
’’Metode ventriqulist yaitu berbicara dengan
menggunakan nafas perut. Jadi kalau
dilihat sekilas itu bibir seperti tidak bergerak. Contohnya yang sudah dikenal masyarakat
seperti boneka Susan dan Kak Ria dari Surabaya. Namun saya memilih menggunakan
metode penyuluhan baru ventriqulist ini untuk berdakwah. Kebetulan saya adalah penyuluh agama Klaten. Metode dakwah dengan boneka ini saya gunakan
saat menyampaikan pesan-pesan agama” tambahnya.
Bicara tentang sosok tokoh boneka yang digunakan
untuk berdakwah, pendakwah yang juga tercatat sebagai Pengurus Ikatan Dai
Indonesia Kabupaten Klaten itu itu mengatakan memilih boneka jenis monyet,
burung dan tokoh kakek Imanto.
“Kalau berdakwah saya menirukan suara monyet, burung
dan kakek tua. Boneka itu saya beri nama
moncu alias monyet lucu. Lalu Bucu atau
burung lucu dan Mbah Imanto yakni akronim imane sing temoto. Maka dengan metode ventriqulist atau nafas
perut saya bisa menirukan suara monyet, burung dan kakek tua itu. Dan alhamdulillah jamaah tertarik, tidak
mengantuk dan bagi anak-anak dakwah jadi lebih tertarik” pungkasnya.
Penulis Joko Priyono Klaten
Editor Joko Priyono Klaten.