MMC MEDIA – Ulama besar seorang Ki Ageng Ketib
Banyu Meneng tak diragukan perjuangan dan pengorbanan dakwahnya dalam
penyebaran islam di Pulau Jawa khususnya di wilayah Klaten. Maklum saja di masa Kerajaan Mataram,
masyarakat masih kental dengan tauhid yang salah seperti menuhankan batu,
pohon, tempat keramat dan kebiasaan leluhur yang jauh dari syariat islam.
Dari berbagai sumber, Ki Ageng Ketib Banyumeneng dikenal
adalah murid Sunan Kalijogo. Beliau diperintahkan untuk berdakwah di Jawa
sebelah selatan. Beliau mendapat julukan Al Alim Al Alamih Al Arif Billah.
Di abad 15 nama Klaten belum pernah disebut. Dalam
catatan sejarah, Klaten tempo dulu disebut sebagai wilayah Sukowati Kidul. Ki
Ageng Ketib Banyumeneng banyak meninggalkan kitab kuno. Kitab itu berbahasa arab gundul. Tidak semua bisa menerjemahkan kitab yang
masih tersimpan rapi di perpustakaan Masjid Sridjaja.
Tidak hanya itu.
Selain meninggalkan kitab – kitab kuno yang berisi tentang agama islam,
Ki Ageng Ketib Banyumeneng juga mendirikan masjid Sridjaja sebagai pusat syiar
penyebaran islam. Masjid Sridjaja
dibangun sekitar abad 15. Bangunan itu
masih berdiri kokoh di Dukuh Kauman, Cawas, Klaten atau sekitar 100 m arah selatan
Pasar Cawas.
Marimenyeru.com masih menelisik kapan Ki Ageng
Ketib Banyumeneng wafat. Yang pasti
beliau dimakamkan di barat masjid. Di
nisan pusaranya pun tak dapat ditemukan peninggalan tulisan semisalnya sebuah
prasasti. Bagi masyarakat yang ingin
berziarah, cukup transit di Masjdi Sridjaja dan berjalan kaki menyusuri jalan
setapak sejauh 70 m.
Makam Ki Ageng Ketib Banyumeneng sangat sederhana.
Tidak ada yang Istimewa dari makam itu dan hampir sama dengan makam masyarakat yang lainnya.
Sebuah bangunan sederhana sebagai atap makam. Nisan Ki Ageng Ketib Banyumeneng berada di
sisi paling barat. Lalu disusul nisan
Carwai Nyai Rujakwesi, nisan Djumba I, nisam Djumba II dan paling ujung timur
ada nisan KH Mahmud.
Bagi masyarakat yang berziarah diminta untuk
mendoakan bukan untuk meminta tuah. Doa itu menjadi wujud penghormatan atas
jasa dan perjuangan dakwah Ki Ageng Ketib Banyumeneng di kala dulu.
Penulis Joko Priyono Klaten