• Jelajahi

    Copyright © MARI MENYERU
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    pasang

    Subscribe YouTube

    Ki Ageng Ketib Banyumeneng, Pendakwah Islam Klaten dimakamkn di Kauman Cawas, Berikut Penampakannya

    JEPRI JOKO PRIYONO KLATEN
    Senin, 29 Juli 2024, Juli 29, 2024 WIB Last Updated 2024-08-08T11:20:01Z

     



    MMC MEDIA – Ulama besar seorang Ki Ageng Ketib Banyu Meneng tak diragukan perjuangan dan pengorbanan dakwahnya dalam penyebaran islam di Pulau Jawa khususnya di wilayah Klaten.  Maklum saja di masa Kerajaan Mataram, masyarakat masih kental dengan tauhid yang salah seperti menuhankan batu, pohon, tempat keramat dan kebiasaan leluhur yang jauh dari syariat islam.

     

    Dari berbagai sumber, Ki Ageng Ketib Banyumeneng dikenal adalah murid Sunan Kalijogo. Beliau diperintahkan untuk berdakwah di Jawa sebelah selatan. Beliau mendapat julukan Al Alim Al Alamih Al Arif Billah.

     

    Di abad 15 nama Klaten belum pernah disebut. Dalam catatan sejarah, Klaten tempo dulu disebut sebagai wilayah Sukowati Kidul. Ki Ageng Ketib Banyumeneng banyak meninggalkan kitab kuno.  Kitab itu berbahasa arab gundul.  Tidak semua bisa menerjemahkan kitab yang masih tersimpan rapi di perpustakaan Masjid Sridjaja.

     

    Tidak hanya itu.  Selain meninggalkan kitab – kitab kuno yang berisi tentang agama islam, Ki Ageng Ketib Banyumeneng juga mendirikan masjid Sridjaja sebagai pusat syiar penyebaran islam.  Masjid Sridjaja dibangun sekitar abad 15.  Bangunan itu masih berdiri kokoh di Dukuh Kauman, Cawas, Klaten atau sekitar 100 m arah selatan Pasar Cawas.

     

    Marimenyeru.com masih menelisik kapan Ki Ageng Ketib Banyumeneng wafat.  Yang pasti beliau dimakamkan di barat masjid.  Di nisan pusaranya pun tak dapat ditemukan peninggalan tulisan semisalnya sebuah prasasti.  Bagi masyarakat yang ingin berziarah, cukup transit di Masjdi Sridjaja dan berjalan kaki menyusuri jalan setapak sejauh 70 m.

     

    Makam Ki Ageng Ketib Banyumeneng sangat sederhana. Tidak ada yang Istimewa dari makam itu dan  hampir sama dengan makam masyarakat yang lainnya.

     

    Sebuah bangunan sederhana sebagai atap makam.  Nisan Ki Ageng Ketib Banyumeneng berada di sisi paling barat.  Lalu disusul nisan Carwai Nyai Rujakwesi, nisan Djumba I, nisam Djumba II dan paling ujung timur ada nisan KH Mahmud.

     

    Bagi masyarakat yang berziarah diminta untuk mendoakan bukan untuk meminta tuah. Doa itu menjadi wujud penghormatan atas jasa dan perjuangan dakwah Ki Ageng Ketib Banyumeneng di kala dulu.

     

    Penulis Joko Priyono Klaten

     

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini