MMC Media – Generasi para sahabat di zaman Nabi adalah
generasi terbaik sebagai penyeru. Hidupnya
dibimbing langsung sang murobbi terbaik yakni Rosulullah Muhammad SAW. Jiwanya
telah mantap memilih hidup untuk menyerukan ayat-ayat kebenaran dari
langit. Mereka memilih menjadi wali
Allah SWT yang mengemban misi mulia, menebar kebaikan dan mencegah kemungkaran
sepenuh jiwa raga.
Bermodal al quran di tangan dan sabda – sabda nabi
yang sudah mendarah daging menjadi spirit para sahabat maju di medan dakwah.
Para sahabat menyakini dalam ayat al quran ada seribu doa, seribu keselamatan,
seribu kunci kebahagiaan bagi mereka yang mau mengamalkan.
Pesan nabi yang terus mengiang menjadi bara api
yang mengobarkan azam – azamnya untuk tak pernah lelah berjuang. Apalagi
mukjizat al quran. Mukjizat itu masih ada dan masih bisa dibaca sampai sekarang
sebab Allah SWT sendiri yang menjaga kesucian kalam-kalam - Nya.
Bagi generasi islam penerus, pantaslah selalu bersyukur
sebab fadilah atau hikmah al quran itu
menjadi wahyu yang bisa mengantarkan setiap manusia pada kehidupan mulia.
Catatannya jika setiap muslim mau
mengimani dan mengamalkan.
Maka sudah sewajarnya bagi seorang muslim
menjadikan al quran sebagai sahabat dekat. Tilawatil quran dijadikannya kebiasaaan
harian. Metadzaburi al quran menambah
kakayaan jiwa. Menghafalkannya
menjadikan seseorang kian mulia dan mengamalkan mendorongnya dalam keselamatan
dan kebahagiaan hakiki.
Namun derajat tertinggi ketakwaan seorang muslim adalah
mengajarkan al quran. Inilah puncak pengamalan al quran itu sendiri. Seorang muslim tidak cukup menyolehkan diri
sendiri. Ia punya tanggung – jawab menjaga keislaman saudaranya yang lain.
Setelah akidahnya bersih dan kuat. Ia memiliki amal-amal ibadah yang
istiqomah. Akhlak mulia pun senantiasa
menghiasi dirinya, maka tugas selanjutnya adalah mengajak dan menyolehkan orang
lain.
Inilah tugas barisan laskar penyeru.
Menjadi sang penyeru itu bukan takdir. Mengajak
orang dalam kesholehan juga bukan garis tangan. Menjadi sang penyeru pun tidak
harus jebolan pondok pesantren. Jadi
seorang pendakwah pun bukan turunan darah seorang kyai, ulama, syeah atau
ustadz – ustadzah.
Menjadi seorang penyeru adalah pilihan. Siapa yang mau bersungguh – sungguh memilih
jalan dakwah sebagai jalan hidup lalu bertahan istiqomah. Ia sadar sesadar – sadarnya jalan ini adalah jalan
pengorbanan yang harus dititi dengan perjuangan yang membutuhkan kesabaran.
Kadang dakwah itu capek dan lelah, tapi hatinya
selalu menguatkan dengan lafal bismillah.
Kadang dakwah itu sepi dari pujian, tak jarang sumpah serapah, tapi
semua itu harus diterima dan ditopang dengan niat fi sabilillah agar hati tidak
luluh dan patah.
Was bir inna indallahil haq. Ia tetap
bersabar karena janji – janji (Allah) itu pasti benar.
Allah SWT bersabda dalam Ayat ke-33 Surat Fussilat
dalam Al-Qur'an berbunyi:
وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ
اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Artinya, "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku
termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?”
Perintah menjadi penyeru juga menjadi pesan hikmah
yang harus diingatkan keluarga muslim dalam menjaga dakwah. Pesan dakwah itu menjadi salah satu syariat
islam yang harus diwariskan dan diteruskan antar generasi. Seorang ayah harus mempersiapkan kader
penerusnya untuk menjaga tegaknya islam di muka bumi.
يَٰبُنَىَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِٱلْمَعْرُوفِ
وَٱنْهَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ
عَزْمِ ٱلْأُمُورِ
Arab-Latin: Yā bunayya aqimiṣ-ṣalāta wa`mur
bil-ma'rụfi wan-ha 'anil-mungkari waṣbir 'alā mā aṣābak, inna żālika min
'azmil-umụr
Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS : Lukman ayat
17)
Allah SWT pun tak kalah janji-Nya bagi para laskar
penyeru. Ketika seorang muslim memilih jalan hidup membela agama Allah SWT,
maka kemulian dunia akherat menjadi balasannya.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ
وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ
yâ ayyuhalladzîna âmanû in tanshurullâha yanshurkum wa yutsabbit
aqdâmakum
Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah,
niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS : Muhammad ayat 7).
Mari kita menyeru.
Penulis Joko Priyono Klaten
Editor Joko Priyono Klaten.