• Jelajahi

    Copyright © MARI MENYERU
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    pasang

    Subscribe YouTube

    Rahasia Tujuh Pintu Rezeki

    JEPRI JOKO PRIYONO KLATEN
    Minggu, 24 November 2024, November 24, 2024 WIB Last Updated 2024-11-25T06:45:33Z

     



    MMC Klaten –Rezeki dalam islam bisa bermakna luas.  Rezeki tidak  harus berupa uang, biar pun uang itu sendiri adalah rezeki.  Ketika seseorang dimudahkan memahami ilmu, itu adalah rezeki.  Punya keluarga harmonis  rukun dengan istri, suami, anak, mertua, saudara dan tetangga itu adalah rezeki yang lebih berharga dari segepok uang dan kekayaan yang melimpah.

     

    Ada juga yang memaknai rezeki itu adalah kemudahan beribadah. Bisa menjaga sholat lima waktu, sabar dan istiqomah membaca al quran serta dipertemukan dengan guru yang alim yang selalu membimbing dan mengingatkan dalam kebaikan dan ibadah, itu juga rezeki yang tidak semua manusia menikmati.

     

    Tapi jamak manusia mengartikan rezeki itu adalah uang. Karena uang bisa untuk membeli kemewahan ketika gelimang harta dipandang bisa membuat manusia bahagia dan mulia.

     

    Uang juga cukup digdaya.  Ia bisa untuk membeli semua kesenangan dunia. Harta, tahta dan wanita seolah identik dengan uang.  Sebab dengan uang manusia bisa membeli keindahan harta.  Uang juga bisa untuk membeli tahta atau kekuasaan, jika manusia itu pemuja kehormatan.

     

    Uang pun bisa untuk menguasai wanita.  Jika manusia diperbudak nafsu, maka uang adalah segalanya.  Tak heran jika kemudian manusia pagi, siang, malam memburu uang lalu terus dan ingin terus menumpuk sampai pundi - pundi hartanya melimpah.

    Tapi kata kunci dalam islam dalam mengejar rezeki itu adalah keberkahan.  Rezeki itu harus dicari dengan cara yang halal pun dibelanjakan untuk tujuan yang tidak melanggar syariat.

     

    Maka kita selalu berdoa semoga Allah SWT menurunkan rezeki yang halal dan baik saja.  Apa artinya harta yang melimpah tapi haram.  Tidak ada gunanya rumah mewah, jabatan tinggi, terkenal dan dihormati di sana – sini tapi tidak mengenal Tuhan – nya yang harus disembah dan dipuji.  Lebih mulia kita hidup dengan harta sederhana, tapi terjamin kehalalannya dan kebaikannya.

    Allahumma innii as-aluka ‘ilman naafi’a, wa rizqon thoyyibaa, wa ‘amalan mutaqobbalaa.

    Artinya: “Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rezeki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).” (HR. Ibnu Majah, no. 925 dan Ahmad 6: 305, 322. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

     

    Maka kata kunci mencari rezeki itu adalah halal (benar atau sah)  dan thoyib (baik).  Seperti karakter orang bertakwa dalam mencari rezeki itu, islam mengajarkan  dalam kehati-hatian.

     

    Jangan pernah kita mendlolimi atau mengambil hak orang lain misalnya mengurangi timbangan atau mengambil hak harta yang bukan miliknya, termasuk korupsi.  Atau dengan cara menipu dalam mencari rezeki sehingga merugikan saudara sendiri.

     

    Rosul menyukai umatnya yang bekerja keras. Tangan dan kaki yang kasar karena bersungguh – sungguh mengumpulkan rezeki lebih Rosul sukai ketimbang orang – orang yang malas sekedar mengiba berharap dibelas-kasihani.

    Lalu bagaimana islam mengajarkan tentang membuka pintu – pintu rezeki yang halal dan thoyib itu ?

    1.                    Rajin beristigfar

    Beristigfar setiap pagi dan petang adalah kebiasaan umat Nabi.  Bahkan dzikir istigfar, astagfirullah hal adziim adalah ibadah harian yang diwariskan Nabiullah Muhammad SAW sebagai ibadah harian (yauni ibadah),

    Ibarat gelas kotor yang dibersihkan.  Maka membaca kalimat istigfar itu dimaknai membersihkan hati dan menggugurkan diri dari dosa.  Manusia yang jiwanya bersih dari dosa, seperti gelas yang putih bersih yang siap diisi dengan air.

    Tidak mungkin seteguk madu itu dituang ke dalam gelas yang kotor.  Dalam sehari 100 sampai 200 kali dicontohkan Nabi Muhammmad SAW mengucapkan dzikir istighfar, biar pun beliau maksum, terjaga dari dosa.  Jiwa yang bersih adalah wadah untuk diturunkannya rezeki yang berkah.

     

    2.                  Menjaga silaturakhim

    Ketika manusia masa kini cenderung anti sosial, maka Nabi Muhammmad SAW mengajarkan silaturakhim. Menjaga semangat persaudaraan terutama dengan saudara sendiri adalah perilaku mulia.

    Maksud dari syariat ini adalah merajut kasih sayang, terutama dengan saudara kandung, saudara orang tua yang wafat atau kepada guru.  Bahkan dalam perintah silaturakhim itu, disunahkan membawa buah tangan.  Jarak dan waktu yang memisahkan terkadang menyisakan sahwa sangka.  Maka silaturkahim itu mencairkan dua hati yang berjarak.  Tidak ada lagi prasangka dan praduga kecuali tumbuh dalam hati itu rasa kasih sayang dan saling percaya.

    "Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahmi" (HR. Bukhari dan Muslim). 

     

    3.                  Berbakti kepada orang tua

    Orang tua, khususnya seorang ibu, ibaratnya keramat hidup. Doanya sangat ijabah dan ridlonya menjadi dalih turunnya ridlo Allah SWT. Tidak ada cerita orang sukses, kecuali dibalik kesuksesannnya itu ia memuliakan ibunya.

     

    4.                  Bersedekah

    Bersedekah adalah perilaku orang bertakwa. Sedekah itu tidak saja diyakini sebagai tolak balak atau menjauhkan bencana, tapi juga memberkahkan harta.  Harta yang berkah itu menjadikan pemiliknya semakin sholeh.  Ia tidak berat berbagi karena hatinya dipenuhi sifat kasih sayang jika melihat saudaranya lain yang kekurangan.

    Orang beriman menyakini bahwa sedekah itu pintu rezeki.  Rahasia untuk mengharap keberkahan juga keajaiban.  Bahkan balasan amal sedekah itu tak terkira.

    "Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia." (QS Al Hadid ayat 18).

     

    5.                  Tidak berbuat dosa

    Berbuat dosa itu sama maknanya memberikan noktah hitam dalam hati.  Sebuah kedurhakaan yang besar kepada Alah SWT adalah ketika manusia meninggalkan syariat dan melanggar larangan.

    Dosa itu adalah mengundang murka Allah SWT dan perbuatan itu menutup pintu rezeki karena akan dicabut keberkahan dalam hidup seorang manusia yang berbuat dosa.

     

    6.                  Pandai bersyukur

    Makna syukur itu adalah menggunakan kenikmatan yang diterima sesuai petunjuk Allah SWT. Misalnya seseorang itu sehat, maka sehat itu ia gunakan untuk beribadah tidak disia-siakan untuk maksiat. Jika Allah SWT menitipkan harta, maka ia pandai membelanjakannya untuk berjual – beli dengan Tuhan-Nya sesuai syariat seperti infak, sedekah atau zakat.

    Syukur itu akan menurunkan kebeberkahan.

     

    walau anna ahlal-qurâ âmanû wattaqau lafatanâ alaihim barakâtim minas-samâ'i wal-ardli wa lâking kadzdzabû fa akhadznâhum bimâ kânû yaksibûn

    Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan. (QS : Al-A’Raaf :96)

     

    7.                   Menjaga sholat dhuha

    Seorang muslim tidak cukup dengan sholat fardhu.  Bahkan perilaku para sahabat memberlakukan sholat sunat tak ubahnya sholat wajib.  Salah satunya adalah sholat dhuha.

    Minimal 4 rokaat ia kerjakan setiap pagi sebelum dluhur.  Di sela – sela aktifitasnya mencari rezeki, ia tak lupa bertawakal dengan sholat dhuha.  Sholat dhuha menjadi penyempurna atas ikhtiarnya mencari rezeki di atas dunia.

     

    Penulis Joko Priyono Klaten

    Editor Joko Priyono Klaten.

     

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini