• Jelajahi

    Copyright © MARI MENYERU
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    pasang

    Subscribe YouTube

    Patut Disimak, Ini Empat Petuah Ustad DR Hakimuddin Salim Lc Untuk Para Dai Ramadhan

    JEPRI JOKO PRIYONO KLATEN
    Selasa, 04 Februari 2025, Februari 04, 2025 WIB Last Updated 2025-02-05T03:20:58Z

     



     

    KLATEN – Menjadi juru dakwah tidak sekedarkan mengandalkan ilmu dan kecanggihan retorika yang menggelegar.  Tapi untuk menjadi penyeru kebaikan harus menjaga kesucian atas seruan yang disampaikan.

     

    Pesan itu diingatkan Ustadz DR Hakimuddin Salim Lc, dosen Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) saat didaulat oleh Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) cabang Kabupaten Klaten umtuk memberikan pembekalan bagi 350 calon dai guna menyambut datangnya bulan Ramadhan 1446 Hijriah bertempat di Pendopo Klaten (Ahad, 2/2/25) kemarin.

     

    Mengambil tema fikih dakwah, pria lulusan Universitas Madinah itu mengingatkan pentingnya menjaga filosofis dakwah itu sendiri.  Ada empat poin penting yang tidak boleh dilupakan dalam menyampaikan pesan kebaikan

     

    Pertama, menjaga kesucian niat.

    Seorang juru dakwah itu harus menjaga kesucian niatnya dalam menyampaikan kebenaran.  Niat itu adalah bagaimana dakwah dilakukan semata mencari ridlo Allah SWT bukan tujuan materi.  Sebab tujuan dakwah itu sendiri adalah mengajak kebaikan.  Ketika umat berjalan dalam kebaikan dan istikomah itu sudah cukup menjadi bayaran seorang dai yang ikhlash.

     

    Kedua, membawa bekal ruhiyah.

    Dai itu harus punya hubungan harmonis dengan Sang Pencipta. Ia harus punya amal ibadah yang baik atau rukhiyah yang kuat.  Seruan itu tidak serta merta memaksa manusia tiba-tiba menjadi berubah baik.  Allah SWT yang menggenggam hati setiap manusia.  Ketika rukhiyah seorang dai itu kuat, maka pesan yang keluar dari lisannya mampu menembus relung hati.  Ada rindu yang tak bisa dibendung untuk bertemu dengan guru.  Hatinya menjadi teduh karena nasehat-nasehatnya untuk menyirami hati – hati yang kering sentuhan Illahi.  Itulah dakwah yang dirindu.

     

    Ketiga, pandai membaca kondisi jamaah.

    Seorang dai harus bisa berbicara dalam bahasa jamaah.  Menjalin interaksi dengan jamaah menjadi kemampuan yang harus terus diasah. Menggunakan bahasa yang bisa dimengerti pihak yang diajak bicara itu menjadi salah satu kunci keberhasilan berdakwah. Jangan menggunakan istilah yang tinggi yang hanya pembicara sendiri yang mengerti. Jangan jamaah dipaksa memahami bahasa yang mereka sendiri tidak mengerti.  Hal itu hanya akan berakhir tidak empati.

     

    Keempat, menyayangi jamaah.

    Jamaah itu bukan orang lain.  Nabi menjadikan umatnya tak ubahnya dirinya sendiri.  Mendoakan umat atau jamaah dalam sendiri atau sholat adalah sisi lain yang harus diingat.  Sebab doa itu menjadi bukti ketulusan niatnya dalam menjalani Langkah menjadi dai.

     

    Penulis Joko Priyono Klaten

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini