• Jelajahi

    Copyright © MARI MENYERU
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    pasang

    Subscribe YouTube

    Kisah Haru Abdullah Ibnu Ummi Maktum Sahabat Buta Menjaga Sholat 5 Waktu

    JEPRI JOKO PRIYONO KLATEN
    Selasa, 18 Maret 2025, Maret 18, 2025 WIB Last Updated 2025-03-18T07:59:32Z

     



    MMC Media – Al quran mengabarkan kelak manusia dari zaman Nabi Adam AS sampai manusia akhir zaman dikumpulkan Allah SWT di padang mahsar. Manusia dan malaikat dikumpulkan berbaris – baris. Mereka tidak bisa melangkah sejengkal pun selama 30 ribu tahun sebelum perhitungan amalnya selesai.

     

    Itulah hari kebangkitan atau yaumul ba’ats yang dijanjikan. Beratnya keadaan saat itu sampai manusia lupa kalau mereka dikumpulkan dalam keadaan telanjang.  Sulitnya keadaan saat itu sampai – sampai keringatnya yang mengucur bisa menenggelamkan dirinya sendiri dan lupa keadaannya telanjang.

     

    Di hari kebangkitan itu tidak ada penolong.  Suami lupa dengan istrinya pun sebaliknya seorang istri lupa dengan suaminya.  Orang tua tidak bisa menolong anaknya dan anak pun tidak bisa menolong orang tuanya.

     

    Di hari kebangkitan itu tidak ada peneduh tatkala matahari didekatkan setinggi penggalah. Namun Allah SWT akan memberikan peneduh ketika tidak ada peneduh. Salah satunya yang akan diberikan pertolongan itu adalah wa rajulun mualaqqo fi masyajid, yaitu orang yang hatinya senantiasa cinta dengan masjid (Hadis Riwayat Abu Hurairah).

     

    Mendengar hadis ini Abdullah Ibnu Ummi Maktum, sahabat yang buta itu ketakutan akan nasibnya kelak di padang mahsar. Lalu ia buru – buru mengadukan nasibnya kelak di padang mahsar sambil minta keringanan kepada nabi.

    “Ya Nabi, saya buta.  Apa ada keringanan bagiku yang buta ini untuk tidak sholat di masjid?” pinta Abdullah Ibnu Ummi Maktum.

     

    Jawaban Nabi di luar perkiraan para sahabat.

     

    “Wahai Abdullah Ibnu Ummi Maktum.  Sepanjang engkau masih mendengar suara adzan, maka tidak ada keringanan bagimu untuk tidak sholat di masjid” kata Nabi menjawab permintaan sahabatnya yang buta itu.

     

    Jawaban nabi tak ubahnya cambuk bagi Abdullah Ibnu Ummi Maktum. Ia jadi tambah  semangat ibadahnya tak kalah dengan sahabat lainnya, terutama menjaga sholat. Padahal ia sahabat yang buta.  Sholat dijaganya sungguh – sungguh laksana menjaga bayi kecil yang tak berdaya. Waktu tak ubahnya menjaga tibanya waktu untuk sholat bersama di masjid.

     

    Kesibukan dunia tak mampu menggodanya untuk berbaling dengan Allah SWT.  Suara adzan laksana suara merdu yang ditunggu – tunggu.  Sejenak setelah itu, Abdullah Ibnu Ummi Maktum bergegas mengambil air wudlu untuk menunaikan ibadah sholat fardlu.

     

    Sahabat nabi yang satu ini sangat sadar akan keterbatasan dirinya. Lantas ia mengambil seutas tali yang dipancang dari pintu rumah sampai ke pintu masjid.  Tali inilah yang akan menuntun langkah kakinya menuju masjid tatkala adzan berkumandang.

     

    Setiap mendengar suara adzan Abdullah Ibnu Ummi Maktum bergegas ke masjid. Ia berpegang tali itu untuk menuntunnya sampai ke masjid. Ia tak mau  tertinggal menjalankan sholat berjamaah di masjid dengan sahabat yang lain.

     

    Pelajarannya adalah kalau Abdullah Ibnu Ummi Maktum sahabat yang buta itu saja tidak diberikan keringan oleh nabi untuk tidak sholat berjamaah di masjid, lalu bagaimana dengan kita yang diberikan tubuh yang sempurna?

     

    Sering orang menghabiskan waktu dan uang untuk mengejar kesenangan dunia, tapi lupa ada masjid di depan rumahnya yang di sanalah sesungguhnya sumber  kebahagiaan dan ketenangan hakiki.

     

    Orang kuat bukan mereka yang berbadan kekar. Juga bukan mereka yang bertubuh tinggi besar. Tapi yang kuat dan tangguh adalah mereka yang mampu memaksa kakinya melangkah ke masjid ketika Allah SWT memanggil dengan suara adzan.

     

    Penulis Joko Priyono Klaten

    Editor Joko Priyono Klaten.

     

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini