• Jelajahi

    Copyright © MARI MENYERU
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    pasang

    Subscribe YouTube

    Tanda Kemenangan Ramadhan

    JEPRI JOKO PRIYONO KLATEN
    Rabu, 09 April 2025, April 09, 2025 WIB Last Updated 2025-04-10T04:33:27Z


     

    MMC Media – Bulan Ramadhan adalah bukti cinta Allah SWT kepada orang beriman.  Tuhan akan menghadiahkan surga yang penuh kenikmatan bagi umatnya yang diridloi tapi dengan syarat.  Mereka harus mampu menjadi insan bertakwa yang dibangun salah satunya dengan puasa Ramadhan.

     

    Jadi puasa Ramadhan itu  bukan untuk memperberat hidup manusia dengan lapar dan haus.  Manusia disyariatkan agar sabar menahan dari sahwat makan, minum dan berjimak dengan pasangannya di waktu siangnya sebagai ujian kepatuhan dan keimanan.

     

    Orang akan sabar dengan puasanya atau tidak.  Ia mampu menjaga puasanya secara sungguh – sungguh atau lalai sekedar puasa untuk menggugurkan kewajiban sampai Ramadhan berakhir. Itulah ujian sesungguhnya saat puasa.

     

    Tapi sering orang salah kaprah. Kemenangan Ramadhan dimaknai secara dlohir semata.  Idhul fitri dimaknai dengan baju baru, rumah baru, perabot baru atau kendaran yang baru.  Idhul fitri dimaknai boros dengan belanja ke sana – sini untuk memborong makanan ini - itu.

     

    Sungguh kemenangan Ramadhan dengan Hari Raya Idhul Fitri bukan kemenangan dlohir. Larut untuk bermewah – mewah saat bersilaturakhim, makan enak atau berfoto selfi sana – sini  lalu diunggah bangga di akun media sosial bertabur haha - hihi. 

    Puasa menjadi bulan pengemblengan jiwa.  Raga berpuasa, tapi sesungguhnya adalah jiwa yang ditempa.

     

    Puasa yang bermakna harus mampu melahirkan jiwa-jiwa baru yang lebih mulia. Orang menang dengan puasanya ia akan menjelma menjadi manusia baru dengan perilaku yang indah, penuh manfaat dan kebaikan. Laksana ulat yang puasa menjadi kepompong lalu menjelma menjadi kupu – kupu nan indah yang membuat setiap orang tertarik, untuk mendekat dan menyentuhnya.

     

    Maka seorang mukmin yang memenangkan bulan Ramadhan adalah mereka yang kaya dengan kesholehan sosial.  Sebab puncak penghambaan manusia kepada Allah SWT dengan ibadah itu adalah kesholehan, yakni perilakunya yang baik dan bermafaat untuk sesama.

     

    Perilakunya indah dengan baju takwa. Hartanya indah dengan jiwa dengan cerminan perilaku yang sholeh. Ia tidak sombong. Justeru ia menjadi pribadi mulia dengan sifat rendah hati kepada sesama.

     

    Derajat takwa diukur dengan perilaku seorang mukmin yang suka berbagi. Mukmin yang bertakwa dan berhasil dengan puasa Ramadan, ia tidak akan kikir dengan hartanya.

     

    Uangnya berkah sebab ia rajin dengan zakat, infak dan sedekah. Hartanya yang lain digunakan kebaikan masyarakat. Ilmu digunakan mencerahkan jiwa – jiwa yang hidup dalam kebodohan dan kegelapan.  Ia tidak kikir dengan hartanya, justeru membelanjakan di jalan Allah SWT karena didorong keyakinan bahwa harta itu adalah tolak balak dan sumber kemuliaan.

     

    Orang yang sholeh dan menang Ramadhan adalah mereka yang penyabar. Ia mampu menahan rasa marahnya, biar pun ia berada di pihak yang benar dan seolah berhak untuk marah dan memarahi orang lain.  Ia menjaga sungguh - sungguh lidahnya agar tidak melukai hati orang lain.  Rasa marah adalah pintu dosa dan barang siapa yang mampu menjaga rasa marah maka kata Rosul Muhammad SAW cukup baginya balasan surga.

     

    Dan puncak kemenangan Ramadhan itu adalah istiqomah. 

     

    Semangatnya ibadah di bulan suci tidak lalu sepi dan  tetap menyala berapi – api, walaupun Ramadhan telah pergi.  Ke masjidnya istiqomah. Tilawah membaca al qurannya istiqomah. Sholat lima waktunya terjaga bahkan dengan sholat-sholat sunahnya yang lain. Sedekah dan semangat berbaginya juga istiqomah.  Tuturnya lemah lembut penuh kesabaran dan didukung kaki dan tangannya yang ringan membantu bagi yang membutuhkan.

     

    فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

    “Maka istiqamahlah kamu (Muhammad) di jalan yang benar, sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan juga kepada orang yang bertaubat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”(Q.S. Hud : 112)

    Penulis Joko Priyono Klaten

     

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini